Gelombang Protes Anti-Trump Mengguncang AS, Inggris Mengecam Penahanan Anggota Parlemen oleh Israel
Aksi Unjuk Rasa Massal Mengkritik Kebijakan Presiden Trump Melanda Amerika Serikat
Puluhan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan-jalan di berbagai kota besar untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap serangkaian kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump. Aksi demonstrasi yang berlangsung pada hari Sabtu (5/4/2025) ini menandai gelombang protes terbesar sejak Trump kembali menduduki kursi kepresidenan.
Menurut laporan Agence France-Presse (AFP), Minggu (6/4/2025), para demonstran yang berasal dari berbagai latar belakang dan pandangan politik, berkumpul di Washington D.C., New York City, Houston, Florida, Colorado, dan Los Angeles. Mereka mengecam berbagai kebijakan yang dianggap merugikan, mulai dari pemangkasan anggaran sektor publik, penerapan tarif perdagangan yang agresif, hingga pembatasan kebebasan sipil.
Beberapa isu utama yang menjadi sorotan dalam aksi unjuk rasa ini meliputi:
- Pemangkasan Anggaran: Para demonstran menentang pemangkasan anggaran yang dilakukan oleh pemerintahan Trump di berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, dan perlindungan lingkungan.
- Tarif Perdagangan: Kebijakan tarif perdagangan yang diterapkan oleh Trump dinilai merugikan perekonomian AS dan memicu perang dagang dengan negara-negara lain.
- Kebebasan Sipil: Para demonstran khawatir dengan adanya upaya pembatasan kebebasan sipil oleh pemerintahan Trump, termasuk kebebasan berpendapat dan kebebasan pers.
Inggris Kecam Penahanan Anggota Parlemen oleh Israel
Di sisi lain, Pemerintah Inggris menyampaikan kecaman keras terhadap penahanan dua anggota parlemennya oleh otoritas Israel. Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyebut tindakan tersebut sebagai sesuatu yang "tidak dapat diterima".
Yuan Yang dan Abtisam Mohamed, anggota parlemen dari Partai Buruh yang berkuasa, ditahan dan dideportasi oleh otoritas Israel setibanya di negara tersebut pada hari Sabtu (5/4/2025). Keduanya hendak melakukan kunjungan parlemen dari London, Inggris, ke Israel. Penolakan ini membuat pemerintah Inggris berang.
"Sangat tidak dapat diterima, kontraproduktif, dan sangat memprihatinkan bahwa dua anggota parlemen Inggris dalam delegasi parlemen ke Israel telah ditahan dan ditolak masuk oleh otoritas Israel," tegas Lammy dalam pernyataan resminya. Penahanan ini semakin memperkeruh hubungan antara Inggris dan Israel, dan memicu seruan untuk dilakukannya investigasi menyeluruh terhadap insiden tersebut.