BMKG Terapkan Modifikasi Cuaca untuk Mitigasi Bencana Hidrologi di Jabodetabek

BMKG Terapkan Modifikasi Cuaca untuk Mitigasi Bencana Hidrologi di Jabodetabek

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menerapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai upaya mitigasi bencana hidrologi di wilayah Jabodetabek. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap curah hujan tinggi yang memicu banjir di sejumlah daerah sejak Minggu, 2 Maret 2025. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa modifikasi cuaca difokuskan pada pengurangan potensi hujan ekstrem yang berisiko menimbulkan bencana seperti banjir dan tanah longsor. Meskipun tidak selalu dapat mencegah hujan sepenuhnya, teknologi ini bertujuan untuk mengendalikan distribusi curah hujan agar tidak terkonsentrasi di satu titik, sehingga meminimalisir dampak negatifnya.

Proses modifikasi cuaca yang dilakukan BMKG melibatkan penyemaian awan. Sebelum awan hujan mencapai daratan dan membentuk akumulasi yang signifikan, penyemaian dilakukan di atas laut menggunakan larutan Natrium Klorida (NaCl) atau bahan lain yang mampu mempercepat proses presipitasi. Tujuannya adalah untuk memicu hujan lebih awal dan mengurangi intensitasnya saat mencapai daratan. Strategi ini efektif dalam mencegah penumpukan awan hujan di area-area rawan bencana. Namun, jika awan hujan sudah berada di atas daratan, teknik modifikasi cuaca yang berbeda diterapkan. Dalam hal ini, upaya difokuskan untuk mengurangi ukuran awan atau ‘memperlambat’ proses pelepasan air hujan, sehingga intensitas hujan yang jatuh dapat diminimalisir. Proses ini melibatkan penggunaan zat-zat tertentu yang dapat mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan awan hujan.

Dwikorita menekankan bahwa penerapan modifikasi cuaca merupakan salah satu upaya proaktif BMKG dalam menghadapi musim hujan yang puncaknya terjadi pada bulan Maret 2025. Modifikasi cuaca terbukti efektif dalam mencegah hujan lebat yang diprediksi terjadi pada Rabu, 5 Maret 2025. Berkat intervensi teknologi ini, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berhasil dicegah di sejumlah wilayah. BMKG terus memantau kondisi cuaca dan akan menerapkan teknologi modifikasi cuaca secara selektif dan terukur untuk mengurangi dampak negatif musim hujan di berbagai wilayah di Indonesia. Peralihan musim hujan ke musim kemarau diprediksi akan dimulai pada bulan April di sebagian besar wilayah Indonesia.

Berikut beberapa poin penting terkait strategi mitigasi bencana yang diterapkan BMKG:

  • Penyemaian awan di laut: Mencegah akumulasi awan hujan sebelum mencapai daratan.
  • Penggunaan NaCl atau bahan sejenis: Mempercepat proses presipitasi dan mengurangi intensitas hujan.
  • Pengendalian pertumbuhan awan di daratan: Meminimalisir dampak hujan ekstrem di area-area rawan.
  • Pemantauan dan prediksi cuaca: Memungkinkan intervensi yang tepat sasaran dan efektif.

BMKG berkomitmen untuk terus mengembangkan dan meningkatkan teknologi modifikasi cuaca guna mendukung upaya mitigasi bencana dan melindungi masyarakat dari dampak negatif cuaca ekstrem. Keberhasilan penerapan teknologi ini di Jabodetabek menjadi contoh nyata bagaimana sains dan teknologi dapat berperan aktif dalam mengurangi risiko bencana.