Percepatan Krisis Iklim: Gletser China Menyusut Drastis dalam Enam Dekade

Krisis Gletser China: Dampak Perubahan Iklim Semakin Nyata

Laporan terbaru mengungkap fakta mencemaskan tentang kondisi gletser di China. Dalam kurun waktu 60 tahun terakhir, luas total gletser di negara tersebut telah menyusut sebesar 26 persen. Data ini, yang dirilis oleh Northwest Institute of Eco-Environment and Resources dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, menjadi bukti nyata dampak perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.

Mayoritas gletser di China terletak di wilayah barat dan utara, meliputi area Tibet, Xinjiang, serta provinsi Sichuan, Yunnan, Gansu, dan Qinghai. Pada periode antara 1960 dan 1980, luas gletser di China tercatat mencapai 59.000 kilometer persegi, dengan jumlah sekitar 46.000 gletser. Namun, pada tahun 2020, luasnya menyusut drastis menjadi hanya 46.000 kilometer persegi.

Upaya Mitigasi dan Adaptasi

Menghadapi ancaman kehilangan gletser, Pemerintah China berupaya menerapkan berbagai solusi teknologi. Beberapa upaya yang dilakukan termasuk penggunaan selimut salju untuk mengurangi laju pencairan dan pengembangan sistem salju buatan untuk menambah volume salju di sekitar gletser. Meskipun inovatif, efektivitas jangka panjang dari solusi ini masih perlu dievaluasi lebih lanjut.

Krisis Global: Gletser Dunia Menghilang

Penyusutan gletser di China merupakan bagian dari tren global yang mengkhawatirkan. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) melaporkan bahwa gletser di seluruh dunia terus mengalami kehilangan massa bersih selama tiga tahun berturut-turut. Secara global, gletser telah kehilangan 450 miliar ton massa es. WMO juga mencatat bahwa dalam lima dari enam tahun terakhir, laju penyusutan gletser terjadi lebih cepat dari yang pernah tercatat sebelumnya.

Di luar Greenland dan Antartika, terdapat lebih dari 275.000 gletser di seluruh dunia dengan luas total sekitar 700.000 kilometer persegi. Namun, perubahan iklim menyebabkan gletser-gletser ini menyusut dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, menekankan pentingnya gletser sebagai sumber kehidupan dan bukan hanya sekadar ekosistem. Ia juga menyoroti bahwa periode 2022-2024 mencatat hilangnya gletser terbesar dalam tiga tahun terakhir yang pernah tercatat.

World Glacier Monitoring Service (WGMS) memperkirakan bahwa gletser di luar Greenland dan Antartika telah kehilangan lebih dari 9.000 miliar ton es sejak tahun 1975. Jumlah ini setara dengan bongkahan es seukuran Jerman dengan ketebalan 25 meter.

WMO memperingatkan bahwa jika laju pencairan saat ini terus berlanjut, banyak gletser di dunia akan hilang pada abad mendatang. Ini akan berdampak besar pada ketersediaan air, ekosistem, dan masyarakat yang bergantung pada sumber air dari gletser.

Implikasi dan Tindakan Mendesak

Kehilangan gletser bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Gletser berperan penting dalam menyediakan air bersih untuk irigasi pertanian, pembangkit listrik tenaga air, dan konsumsi rumah tangga. Pencairan gletser juga dapat meningkatkan risiko banjir bandang dan tanah longsor.

Mengingat dampak yang luas dan serius dari pencairan gletser, diperlukan tindakan mendesak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperlambat laju perubahan iklim. Selain itu, perlu juga dilakukan upaya adaptasi untuk membantu masyarakat dan ekosistem beradaptasi dengan perubahan yang tak terhindarkan.

Daftar Upaya Mitigasi:

  • Penggunaan selimut salju
  • Sistem salju buatan
  • Pengurangan emisi gas rumah kaca
  • Upaya adaptasi