Fairuz A Rafiq: Antara Sukacita Ramadan dan Kerinduan Mendalam

Ramadan tahun ini menjadi lembaran penuh warna bagi aktris Fairuz A Rafiq. Di satu sisi, ia diliputi kebahagiaan atas pencapaian spiritual anak-anaknya. Namun, di sisi lain, kesedihan mendalam menyelimutinya karena kehilangan orang-orang terkasih.

Menjelang penghujung Ramadan, Fairuz tak bisa menyembunyikan rasa bangganya terhadap kedua buah hatinya, King Faaz dan Queen Eijas. Mereka berhasil menamatkan Al-Qur'an dan mencapai target hafalan. King Faaz bahkan telah menyelesaikan juz 28 dan akan segera diwisuda. Sementara Queen Eijas, di usia yang masih sangat muda, 6 tahun, telah mengkhatamkan juz 30.

"Di Ramadan Abang (Faaz) sudah menyelesaikan juz 28, Mei nanti dia akan diwisuda, sudah selesai. Selama 30 hari terus kakak Eijaz sudah juz 30 di usia 6 tahun," ujar Fairuz saat ditemui di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Fairuz merasa Ramadan kali ini sangatlah berkah. Ia masih diberi kesempatan untuk melakukan iktikaf dan meningkatkan ibadahnya kepada Allah SWT.

Duka Mendalam

Namun, kebahagiaan Ramadan tahun ini terasa berbeda karena Fairuz dan keluarga harus menghadapi kehilangan. Ibunda Sonny Septian, Waty Siregar, berpulang ke Rahmatullah. Kesedihan mendalam dirasakan oleh Sonny, dan Fairuz berusaha memberikan dukungan penuh sebagai seorang istri.

"Walaupun di tahun ini agak sedikit berbeda buat suami aku ya karena almarhumah Mama udah gak ada. Jadi aku sebagai istri memberikan dia semangat yang besar agar jiwanya besar, pasti rasanya luar biasa," ungkap Fairuz dengan nada haru.

Selain itu, Fairuz juga mengenang mendiang ayahnya, A Rafiq, yang telah meninggal dunia 12 tahun lalu. Ayahnya meninggal pada saat Lebaran, meninggalkan luka mendalam bagi Fairuz. Ia merasakan kesedihan yang sama karena tahun ini Sonny harus menghadapi Lebaran pertama tanpa kehadiran ibunda tercinta.

"Setiap tahunnya Lebaran berulang di malam takbiran itu sedihnya masih berasa. Gimana Sonny yang baru ditinggali banget? Ini adalah Lebaran pertama tanpa ibunya, pasti akan lebih membekas. Makanya aku bilang ke Sonny pas Lebaran pertama nanti habis dari keluargaku ke mama, ke keluarga Sonny, sorenya ke makam biar dia tetap berasa ada mamanya," tutur Fairuz.

Iktikaf dan Refleksi Diri

Di malam-malam terakhir Ramadan, Fairuz menyempatkan diri untuk melakukan iktikaf. Baginya, iktikaf adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah.

"Itikaf malam terakhir bisa sama teman-teman juga, panggil Pak Ustaz juga, bisa belajar ilmu lagi, belajar gimana cara salat, bagaimana cara berpuasa yang baik nggak hanya menahan lapar dan haus saja, tapi banyak hal yang harus kita lakuin," jelasnya.

Fairuz menyadari bahwa dirinya masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Ia merasa sedih karena Ramadan akan segera berakhir, namun ia berharap dapat bertemu kembali dengan bulan suci ini di tahun-tahun mendatang.

"Jadi ya dibilang ini versi terbaik diri aku masih jauh dari baik, masih banyak kekurangan yang harus aku upgrade diri yang jelas aku sedih banget Ramadan mau berakhir ya. Itu kayak sedih banget 10 malam terakhir sedihnya luar biasa," ungkap Fairuz dengan tulus.

Rasa Syukur

Ibu tiga anak itu tak lupa mengungkapkan rasa syukurnya atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Ia mengingat bagaimana tahun lalu ia dan anak keduanya berjuang melawan demam berdarah.

"Allah begitu sayang sama aku, di tahun lalu aku sempat Lebaran di rumah sakit kena DBD dan anak kedua aku sempat kritis. Hari ini Allah beri kesehatan bisa berdiri tegak dalam rasa syukur yang luar biasa. Terus Lebaran kali ini bisa Lebaran bareng keluarga," ucap Fairuz penuh rasa syukur. Baginya, Ramadan adalah momen untuk merenung, memperbaiki diri, dan bersyukur atas segala yang telah diberikan.