Ketegangan AS-Ukraina Memuncak: Pertemuan Zelensky-Trump Berakhir Tanpa Kesepakatan dan Hentian Bantuan Militer

Ketegangan AS-Ukraina Memuncak: Pertemuan Zelensky-Trump Berakhir Tanpa Kesepakatan dan Hentian Bantuan Militer

Pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih pada Jumat, 1 Maret 2025, telah memicu ketegangan baru dalam hubungan bilateral kedua negara. Pertemuan yang digambarkan Zelensky sebagai "tidak sesuai harapan" dan "sangat mengecewakan" berakhir tanpa kesepakatan yang diharapkan, bahkan ditandai dengan kritik keras dari pihak Trump dan Wakil Presiden JD Vance terhadap kepemimpinan Ukraina. Zelensky, dalam sebuah pernyataan di akun X pada Selasa, 4 Maret 2025, menyatakan kekecewaannya atas jalannya pertemuan dan menegaskan kembali komitmen Ukraina terhadap perdamaian, seraya berharap komunikasi di masa depan dapat lebih konstruktif.

Trump dan Vance secara terbuka menuduh Zelensky "bermain-main dengan Perang Dunia Ketiga", sebuah pernyataan yang semakin memperburuk suasana yang telah tegang. Ketegangan tersebut diperparah oleh pembatalan kesepakatan mineral antara Ukraina dan AS yang direncanakan pada hari yang sama. Pembatalan kesepakatan ini, yang terjadi setelah diskusi yang memanas, berujung pada permintaan agar Zelensky meninggalkan Gedung Putih sebelum kesepakatan tersebut dapat ditandatangani. Meskipun demikian, Zelensky menegaskan kesiapan Ukraina untuk menandatangani kesepakatan tersebut kapan saja dan dalam format apapun yang disetujui, menganggap kesepakatan ini krusial bagi keamanan dan jaminan keamanan Ukraina.

Lebih lanjut, ketegangan tersebut diperparah dengan keputusan Presiden Trump pada Senin, 3 Maret 2025, untuk menghentikan sementara pengiriman bantuan militer AS ke Ukraina. Keputusan ini, yang diumumkan setelah serangkaian pertemuan Trump dengan pejabat tinggi keamanan nasional AS, menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara Eropa mengenai kemampuan Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia. Seorang pejabat AS menjelaskan kebijakan ini sebagai upaya untuk menekan Ukraina agar mau bernegosiasi, meskipun berisiko mengalami lebih banyak kerugian di medan perang. Zelensky, meskipun mengakui pentingnya bantuan AS, menyatakan bahwa Ukraina tetap menghargai dukungan Amerika Serikat, khususnya bantuan Javelin yang diberikan di masa lalu.

Di tengah ketegangan ini, Zelensky mengajukan usulan gencatan senjata yang meliputi pembebasan tahanan, penghentian penggunaan rudal, drone jarak jauh, dan serangan udara terhadap infrastruktur sipil, serta gencatan senjata di laut. Usulan ini, yang mirip dengan rencana yang diajukan Presiden Prancis Emmanuel Macron, ditegaskan Zelensky sebagai langkah awal untuk mengakhiri perang dan mencapai perdamaian yang solid dengan dukungan AS. Pertemuan antara Zelensky dan Trump terjadi di tengah kekhawatiran yang berkembang di Eropa tentang masa depan Ukraina di bawah kepemimpinan Trump, mengingat keputusan penghentian bantuan militer dan pernyataan-pernyataan kontroversial yang dilontarkan selama pertemuan tersebut. Situasi ini menandakan babak baru yang penuh tantangan dalam hubungan AS-Ukraina, dan menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan kerjasama dan dukungan internasional bagi Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia.

  • Usulan Gencatan Senjata Zelensky:
    • Pembebasan tahanan.
    • Gencatan senjata di udara (pelarangan penggunaan rudal, drone jarak jauh, dan serangan bom terhadap infrastruktur energi dan sipil).
    • Gencatan senjata di laut.

Situasi ini menunjukkan kompleksitas hubungan internasional dan dampak signifikan dari keputusan politik terhadap konflik berskala besar.