Palembang Bangkitkan Marwah dengan Festival Rendang 300 Kg, Menepis Stigma Negatif Konten Willie Salim
Pemerintah Kota Palembang, Sumatera Selatan, menggelar aksi memasak 300 kilogram rendang di pelataran Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang. Kegiatan ini merupakan respons terhadap kontroversi yang dipicu oleh konten kreator Willie Salim beberapa waktu lalu.
Aksi yang berlangsung pada (Tanggal) ini, bertujuan untuk membuktikan bahwa citra Palembang tetap positif dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan ketertiban. Kepala Dinas Pariwisata Palembang, Sulaiman Amin, menegaskan bahwa acara ini adalah bukti nyata bahwa stigma negatif yang muncul akibat insiden rendang Willie Salim tidaklah benar.
"Acara ini berjalan lancar dan tertib, membuktikan bahwa Palembang adalah kota yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur," ujar Sulaiman Amin.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk Persatuan Chef Profesional Indonesia (PCPI), Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia (APJI), HIPMI, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Pemerintah Kota Palembang, dan sejumlah tokoh publik seperti Richard Lee. Selain rendang sapi, turut dimasak pula 1.000 kilogram ayam kecap, kuliner khas Palembang yang tak kalah populer. Sebanyak 4.000 kupon disiapkan untuk dibagikan kepada masyarakat yang antusias menyambut acara ini.
Asisten II Setda Palembang, Isnaini Madani, menyoroti bahwa masyarakat Palembang memiliki tradisi kedisiplinan dan saling menghormati yang kuat. Ia menampik penggambaran negatif yang muncul dalam konten Willie Salim, di mana warga disebut berebut rendang hingga habis sebelum matang. "Masyarakat Palembang itu sopan santun dan tertib. Sejak zaman kesultanan, kita sudah beradab, punya disiplin, dan semangat perjuangan," tegasnya.
Kontroversi bermula ketika Willie Salim membuat konten memasak 200 kilogram rendang di lokasi yang sama pada 18 Maret 2024. Rendang tersebut kemudian habis diambil warga saat Willie Salim meninggalkan lokasi sejenak. Video tersebut viral dan memicu berbagai komentar negatif yang mencoreng citra Palembang. Willie Salim bahkan sempat dilaporkan ke polisi atas dugaan pembuatan konten settingan dan pencemaran nama baik kota. Meskipun Willie Salim membantah tuduhan tersebut, Sultan Palembang Darussalam, YM Sultan Mahmud Badaruddin IV Raden Muhammad Fauwas Diradja, meminta Willie Salim untuk menjalani tradisi tepung tawar sebagai bentuk permintaan maaf sesuai adat Melayu Palembang.
Aksi memasak rendang 300 kilogram ini menjadi simbol perlawanan terhadap stigma negatif dan upaya untuk mengembalikan citra positif Palembang sebagai kota yang berbudaya, tertib, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan. Antusiasme masyarakat yang hadir dalam acara ini menjadi bukti bahwa Palembang mampu bangkit dan menepis persepsi negatif yang sempat muncul.