Kekurangan Air Bersih Pascabanjir, Warga Pengadegan Jakarta Selatan Terpaksa Gunakan Air Banjir untuk Keperluan Rumah Tangga
Kekurangan Air Bersih Pascabanjir di Pengadegan, Jakarta Selatan
Banjir yang melanda wilayah Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu tak hanya meninggalkan kerusakan material, tetapi juga menimbulkan krisis air bersih bagi warga setempat. Akibat meluapnya Kali Ciliwung, sejumlah rumah terendam, dan pasokan air bersih menjadi terbatas. Kondisi ini memaksa warga untuk mengambil langkah-langkah darurat, termasuk menggunakan air banjir untuk mencuci peralatan rumah tangga.
Eti, salah seorang warga Pengadegan, menceritakan kesulitannya mendapatkan air bersih pascabanjir. "Kalau lumpur nggak dibersihkan, akan nempel di barang. Kita bersihin pakai busa pencuci piring saja," ujarnya. Meskipun menyadari risiko kesehatan yang mungkin timbul dari penggunaan air banjir, Eti lebih memprioritaskan kebersihan peralatan makan dan minum keluarganya. Menurutnya, asalkan barang-barang tersebut bebas dari lumpur, sumber air menjadi hal yang kurang diperhatikan dalam kondisi darurat seperti ini. Kesulitan air bersih juga dialami dalam aktivitas mandi. Eti terpaksa menumpang mandi di rumah tetangganya yang tidak terdampak banjir.
Kesulitan serupa juga dialami Kartini, warga lainnya yang saat ini mengungsi di GOR Pancoran bersama keluarganya. Ia mengaku kekurangan air minum, terutama selama bulan puasa Ramadan. "Cuma dikasih air gelas, kalau bisa dikasih lebih karena kan pas puasa, jadi butuh buat sahur dan buka," keluhnya. Kartini berharap pemerintah dapat memberikan bantuan air bersih yang lebih memadai mengingat kebutuhan air minum yang meningkat selama bulan puasa.
Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya akses terhadap air bersih. Meskipun Pemerintah Kota Jakarta Selatan telah mengerahkan dua pompa keliling dengan kapasitas 250 m3 dan 500 m3 untuk mengalirkan air banjir ke Kali Ciliwung, serta mengerahkan petugas Sumber Daya Air (SDA), kekurangan air bersih tetap menjadi masalah utama bagi warga Pengadegan. Empat RT di Pengadegan tercatat terendam banjir dengan ketinggian mencapai 150 cm, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta per Rabu pukul 14.00 WIB. Secara keseluruhan, BPBD DKI mencatat 30 RT di Jakarta terdampak banjir pada hari tersebut.
Banjir kali ini, menurut warga, tidak separah banjir tahun 2020 yang mencapai ketinggian dua meter. Namun, dampak kekurangan air bersih pascabanjir tetap menjadi permasalahan serius yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan berbagai pihak terkait. Perlu adanya langkah-langkah konkret untuk memastikan ketersediaan air bersih bagi warga terdampak banjir, khususnya dalam situasi darurat dan selama masa pemulihan.
Berikut poin-poin penting terkait permasalahan ini:
- Warga Pengadegan terpaksa menggunakan air banjir untuk mencuci piring karena kekurangan air bersih.
- Kesulitan mendapatkan air bersih untuk mandi dan minum, terutama selama bulan puasa.
- Pemerintah Kota Jakarta Selatan mengerahkan pompa keliling dan petugas SDA, tetapi kekurangan air bersih masih menjadi masalah.
- Banjir menyebabkan 4 RT di Pengadegan terendam dengan ketinggian 150 cm.
- Warga mengungsi di GOR Pancoran sembari menunggu banjir surut.
Peristiwa ini menyoroti pentingnya sistem mitigasi bencana yang lebih efektif dan respon penanganan pascabencana yang lebih cepat dan terukur untuk memastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi.