Tragedi Kebakaran Hutan Korsel: Helikopter Jatuh, Pilot Gugur di Uiseong

Kabar duka menyelimuti upaya pemadaman kebakaran hutan dahsyat yang melanda wilayah tenggara Korea Selatan. Sebuah helikopter pemadam kebakaran dilaporkan jatuh di kawasan pegunungan Uiseong, Gyeongsang Utara, pada hari Rabu (26/3/2025), merenggut nyawa seorang pilot yang tengah berjuang memadamkan api.

Insiden tragis ini terjadi di tengah upaya besar-besaran untuk mengendalikan kebakaran hutan yang telah berlangsung selama beberapa hari terakhir. Pejabat Dinas Pemadam Kebakaran Gyeongbuk mengkonfirmasi jatuhnya helikopter tersebut dan menyampaikan belasungkawa atas gugurnya pilot. Identitas pilot belum diungkapkan, namun pihak berwenang telah memulai investigasi untuk mengetahui penyebab jatuhnya helikopter. Diduga cuaca buruk dan turbulensi akibat panas ekstrem dari kebakaran menjadi faktor penyebab kecelakaan tersebut.

Kebakaran hutan ini sendiri telah menyebabkan kerusakan yang meluas. Data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 17.398 hektar lahan telah hangus terbakar. Selain kerugian materi, sedikitnya 24 orang dilaporkan meninggal dunia akibat kebakaran ini, termasuk empat pegawai negeri sipil yang ikut terlibat dalam operasi pemadaman api. Bencana ini tidak hanya mengancam nyawa dan harta benda, tetapi juga meluluhlantakkan situs-situs bersejarah yang bernilai tinggi.

Salah satu kerugian terbesar adalah kerusakan parah yang menimpa Kuil Gounsa di Uiseong, sebuah kuil Buddha berusia 1.300 tahun. Bangunan utama kuil tersebut rata dengan tanah, menyisakan puing-puing dan kenangan pahit. Untungnya, berkat kesigapan petugas dan relawan, sejumlah artefak penting, termasuk patung Buddha duduk yang ditetapkan sebagai warisan nasional, berhasil diselamatkan dan dipindahkan ke tempat yang aman sebelum api mencapai area kuil. Kuil tersebut merupakan pusat spiritual dan budaya penting bagi masyarakat setempat, dan rekonstruksinya diperkirakan akan membutuhkan waktu dan biaya yang signifikan.

Menurut laporan Kementerian Keamanan Dalam Negeri Korea Selatan, kebakaran ini dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem berupa kekeringan berkepanjangan dan angin kencang yang mempercepat penyebaran api. Sejak Jumat (21/3/2025), ketika api pertama kali muncul akibat percikan dari mesin pemotong rumput di Sancheong, Provinsi Gyeongsang Selatan, upaya pemadaman terus dilakukan secara intensif.

Lebih dari 10.000 personel gabungan, terdiri dari petugas pemadam kebakaran, polisi, tentara, dan pegawai pemerintah, telah dikerahkan untuk memadamkan api di puluhan titik api yang tersebar di wilayah selatan. Otoritas di Andong dan wilayah tenggara lainnya telah mengeluarkan perintah evakuasi bagi warga yang tinggal di daerah rawan. Hingga saat ini, sekitar 68 persen kebakaran di wilayah Uiseong dan Andong berhasil dikendalikan, namun upaya pemadaman terus dilakukan dengan penuh kehati-hatian.

Ancaman serius juga menghantui Desa Rakyat Hahoe di Andong, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO yang terkenal dengan rumah-rumah tradisional Korea atau hanok. Warga desa telah dievakuasi, dan petugas pemadam kebakaran berjuang keras melindungi rumah-rumah bersejarah tersebut dengan menyemprotkan air di sekeliling area permukiman.

Berikut adalah poin-poin penting terkait kebakaran hutan di Korea Selatan:

  • Lokasi: Wilayah tenggara Korea Selatan, terutama Gyeongsang Utara (Uiseong, Andong) dan Gyeongsang Selatan (Sancheong)
  • Penyebab: Kondisi cuaca kering dan angin kencang, serta percikan api dari mesin pemotong rumput
  • Korban: Sedikitnya 24 orang tewas, termasuk 4 pegawai negeri sipil dan 1 pilot helikopter
  • Kerusakan: Lebih dari 17.398 hektar lahan hangus, termasuk Kuil Gounsa yang berusia 1.300 tahun
  • Upaya Pemadaman: Melibatkan lebih dari 10.000 personel gabungan
  • Ancaman: Desa Rakyat Hahoe (Situs Warisan Dunia UNESCO)

Tragedi ini menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan, terutama di tengah perubahan iklim yang semakin ekstrem. Upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanganan kebakaran hutan yang efektif sangat penting untuk melindungi nyawa, harta benda, dan warisan budaya.