Lonjakan Kanker Kolorektal Mengintai Generasi Z: Peran Gaya Hidup dan Deteksi Dini

Lonjakan Kanker Kolorektal Mengintai Generasi Z: Peran Gaya Hidup dan Deteksi Dini

Generasi Z, atau yang sering disebut sebagai Zoomers, lahir antara tahun 1997 dan 2012, tumbuh di era digital yang serba cepat. Akses mudah ke internet dan teknologi telah membentuk gaya hidup mereka, namun juga memunculkan kekhawatiran baru terkait kesehatan, salah satunya adalah peningkatan kasus kanker kolorektal.

Kanker kolorektal, atau kanker usus besar, secara global menduduki peringkat ketiga sebagai jenis kanker yang paling umum dan penyebab kematian kedua terbanyak akibat kanker. Data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) WHO tahun 2020 menunjukkan bahwa kanker kolorektal menempati posisi ke-4 di Indonesia, dengan risiko lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Yang mengkhawatirkan, tren menunjukkan peningkatan kasus pada usia muda, termasuk Gen Z.

Faktor Risiko pada Generasi Z

Beberapa faktor berkontribusi pada peningkatan risiko kanker kolorektal pada Gen Z, yang terutama terkait dengan gaya hidup modern:

  • Kurang Tidur dan Kualitas Tidur Buruk: Kesibukan dengan dunia digital dan tuntutan gaya hidup seringkali mengorbankan waktu tidur. Kurang tidur dan kualitas tidur yang buruk dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk kanker.
  • Pola Makan Tidak Sehat: Makanan cepat saji, makanan olahan, dan minuman manis sering menjadi pilihan utama bagi Gen Z karena kepraktisannya. Pola makan rendah serat dan tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal.
  • Kurangnya Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari, yang ditandai dengan kurangnya aktivitas fisik, juga menjadi faktor risiko penting. Duduk dalam waktu lama dan kurangnya olahraga dapat memperlambat metabolisme dan meningkatkan risiko obesitas, yang merupakan faktor risiko kanker kolorektal.

Gejala dan Deteksi Dini

Mengenali gejala awal kanker kolorektal sangat penting untuk deteksi dini dan pengobatan yang efektif. Gejala yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Perubahan pola buang air besar (diare atau sembelit yang berlangsung lama)
  • Mual dan kehilangan nafsu makan
  • Sakit perut atau kram
  • Buang air besar berdarah
  • Kelelahan ekstrem
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas

Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter. Dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan laboratorium, seperti tes darah lengkap dan penanda tumor, serta pemeriksaan radiologi seperti endoskopi, USG abdomen, atau CT scan.

Pencegahan dan Gaya Hidup Sehat

Pencegahan adalah kunci untuk mengurangi risiko kanker kolorektal. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  • Tidur yang Cukup dan Berkualitas: Usahakan untuk tidur 7-8 jam setiap malam dan ciptakan rutinitas tidur yang teratur.
  • Pola Makan Sehat: Konsumsi makanan yang kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Batasi konsumsi makanan olahan, makanan cepat saji, dan minuman manis.
  • Aktivitas Fisik Teratur: Lakukan aktivitas fisik setidaknya 30 menit setiap hari, seperti berjalan kaki, berlari, berenang, atau bersepeda.
  • Pemeriksaan Kesehatan Rutin: Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk skrining kanker kolorektal, terutama jika Anda berusia di atas 40 tahun atau memiliki riwayat keluarga dengan kanker kolorektal.

Deteksi dini dan pengobatan yang tepat telah terbukti efektif dalam menurunkan angka kematian akibat kanker kolorektal. Dengan meningkatkan kesadaran akan gejala dan risiko, serta mengadopsi gaya hidup sehat, kita dapat melindungi diri kita dan generasi mendatang dari ancaman kanker kolorektal.

Dengan kesadaran dan tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat melindungi generasi Z dan masa depan dari ancaman kanker kolorektal. Peningkatan deteksi dini dan modalitas pengobatan saat ini telah berhasil menurunkan 51 persen kematian (Loftollahzadeh S, 2022; Shinji S, 2022).