Perayaan Lebaran Berpotensi Tingkatkan Risiko Pneumonia pada Balita: Ancaman di Balik Ciuman Silaturahmi

Tradisi Lebaran dan Ancaman Pneumonia pada Balita: Waspada Sentuhan Kasih

Momen Idul Fitri, yang identik dengan silaturahmi dan kehangatan keluarga, menyimpan potensi risiko kesehatan bagi kelompok usia rentan, terutama balita. Kebiasaan mencium balita sebagai ungkapan kasih sayang, meski tampak tak berbahaya, ternyata dapat menjadi jalan penularan penyakit serius seperti pneumonia. Pneumonia, infeksi yang menyerang paru-paru dan saluran pernapasan, menjadi momok menakutkan karena dapat memicu komplikasi berat bahkan kematian, terutama pada anak-anak dengan sistem imun yang belum sempurna.

Dokter spesialis anak, Prof. Soedjatmiko, dalam wawancara sebelumnya, menekankan pentingnya kesadaran dan tindakan pencegahan. Keluarga yang sedang mengalami gejala infeksi saluran pernapasan seperti batuk atau pilek, sebaiknya menahan diri untuk tidak mencium bayi dan balita. Langkah ini krusial untuk memutus rantai penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur yang berpotensi menyerang sistem pernapasan anak.

Pneumonia pada Balita: Kenali Gejala dan Ambil Tindakan Cepat

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Nastiti Kaswandani, mengingatkan bahwa pneumonia seringkali terabaikan karena gejalanya mirip dengan flu biasa. Orang tua perlu jeli mengenali perbedaan mendasar.

Gejala Pneumonia pada Balita:

  • Demam yang berlangsung lebih dari 2-3 hari.
  • Batuk.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Sesak napas atau napas yang lebih cepat dari biasanya.

Jika anak menunjukkan gejala-gejala di atas, terutama sesak napas dan demam yang berkepanjangan, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat. Keterlambatan penanganan dapat memperburuk kondisi dan meningkatkan risiko komplikasi serius.

Faktor Risiko dan Pencegahan Pneumonia pada Balita

Pneumonia masih menjadi penyebab kematian balita tertinggi kedua di Indonesia setelah kelahiran prematur. Data menunjukkan prevalensi pneumonia mencapai angka yang mengkhawatirkan, yaitu 15,5 persen pada tahun 2017. Beberapa faktor risiko yang berkontribusi terhadap tingginya angka pneumonia pada balita antara lain:

  • Tidak mendapatkan ASI eksklusif (54%).
  • Berat badan lahir rendah (10,2%).
  • Belum mendapatkan imunisasi lengkap (42,1%).

Mengingat bahaya yang mengintai, pencegahan menjadi kunci utama. Beberapa langkah preventif yang dapat dilakukan:

  • Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, termasuk pneumonia.
  • Pastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal. Imunisasi dapat memberikan perlindungan terhadap berbagai jenis penyakit yang dapat menyebabkan pneumonia.
  • Jaga kebersihan lingkungan. Hindari paparan asap rokok dan polusi udara.
  • Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir. Kebiasaan sederhana ini dapat mencegah penyebaran kuman penyebab penyakit.
  • Hindari mencium bayi atau balita jika sedang sakit.

Dengan meningkatkan kesadaran dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat melindungi balita dari ancaman pneumonia dan memastikan momen Lebaran tetap menjadi perayaan yang aman dan penuh kebahagiaan.