Lapas Sragen Ukir Sejarah: Warga Binaan Hasilkan Produk Ekspor Perdana Senilai Rp 800 Juta ke Amerika Serikat
Karya Warga Binaan Lapas Sragen Mendunia: Ekspor Perdana ke Amerika Serikat
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Sragen, Jawa Tengah, mencatatkan sejarah baru dengan keberhasilan ekspor perdana produk kerajinan tangan warga binaan pemasyarakatan (WBP) ke Amerika Serikat. Produk yang diekspor berupa mainan hewan yang terbuat dari tali kelapa dan kayu kopi, hasil kreativitas dan kerja keras para WBP.
Ekspor Perdana Bernilai Fantastis
Ekspor perdana ini mencakup 64.700 pieces mainan hewan dengan nilai mencapai 50.000 dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 800 juta. Pencapaian ini menjadikan Lapas Kelas IIA Sragen sebagai Lapas pertama di Jawa Tengah yang berhasil melakukan ekspor produk hasil karya warga binaannya.
Acara pelepasan ekspor secara seremonial digelar di Lapas Kelas IIA Sragen pada Minggu, 23 Maret 2025. Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Jawa Tengah, Kunrat Kasmiri, Bupati Sragen, Sigit Pamungkas, serta perwakilan dari PT Chewy Louis Group selaku importir, yaitu Alexander Dziedusz, Louis Paul Francis, dan Tracey Mayr.
Pemberdayaan Warga Binaan Melalui Pelatihan dan Produksi
Kepala Lapas IIA Sragen, Mohamad Maolana, menjelaskan bahwa keberhasilan ekspor ini diawali dengan pelatihan pembuatan mainan hewan dari tali kelapa dan kayu kopi kepada 20 orang WBP. Pelatihan ini kemudian ditularkan kepada sekitar 100 WBP lainnya, sehingga terwujudlah impian untuk mengekspor aneka mainan coco rope.
Kerja sama antara Lapas Sragen dan PT Chewy Louis Group akan berlangsung selama satu tahun. Dalam satu bulan, sekitar 3 ton sabut kelapa akan digunakan untuk memproduksi 64.700 mainan hewan dengan berbagai karakter yang akan diekspor ke Amerika Serikat.
Potensi Ekspor yang Lebih Besar
Kunrat Kasmiri menyampaikan bahwa jumlah ekspor saat ini masih jauh dari kebutuhan importir yang menginginkan pengiriman sebanyak 4 kontainer per bulan. Untuk itu, pihaknya akan berupaya memaksimalkan potensi UPT (Unit Pelaksana Teknis) di seluruh Jawa Tengah. Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan survei kelayakan terhadap UPT-UPT tersebut.
Ekspor perdana ini diharapkan menjadi momentum untuk mendorong lapas-lapas lain di Jawa Tengah untuk mengikuti jejak Lapas Sragen. Beberapa lapas seperti Wonosobo dan Boyolali telah mulai menjalin kerja sama dengan pihak ketiga untuk mewujudkan hal serupa.
Kunrat menambahkan bahwa permintaan dari Inggris, Amerika, dan Australia terhadap produk hasil karya warga binaan masih tinggi. Oleh karena itu, pihaknya akan mencoba menjalin kerja sama dengan warga binaan di luar Sragen untuk memenuhi kebutuhan ekspor tersebut.
Dampak Positif Bagi Warga Binaan
Kerja sama ini diharapkan tidak hanya memberikan kegiatan positif kepada warga binaan, tetapi juga memberikan mereka penghasilan dan keterampilan yang berguna setelah masa tahanan berakhir. Selain mendapatkan pembinaan, mereka juga mendapatkan premi sehingga memiliki modal dan keterampilan untuk bekerja setelah bebas.
Bupati Sragen, Sigit Pamungkas, memberikan apresiasi atas inisiatif Lapas Sragen yang mampu mengangkat karya warga binaan hingga ke pasar internasional. Ia menyebutnya sebagai terobosan bagus yang tidak hanya memberdayakan warga binaan dengan orientasi masyarakat, tetapi juga berorientasi ekspor.
Sigit juga memberikan dukungan penuh terhadap upaya Lapas Sragen dan berharap agar lapas-lapas lain dapat turut serta dalam memenuhi kebutuhan ekspor yang masih sangat besar.
Berikut adalah poin penting dalam berita ini:
- Ekspor perdana mainan hewan dari Lapas Sragen ke Amerika Serikat senilai Rp 800 juta.
- Kerja sama Lapas Sragen dengan PT Chewy Louis Group.
- Pelatihan pembuatan mainan hewan kepada warga binaan.
- Upaya memaksimalkan potensi UPT di seluruh Jawa Tengah untuk memenuhi permintaan ekspor.
- Dampak positif bagi warga binaan berupa penghasilan dan keterampilan.