Aksi Jual Warnai Penutupan Pekan: IHSG Terperosok, Rupiah Sentuh Level Krisis

Aksi Jual Warnai Penutupan Pekan: IHSG Terperosok, Rupiah Sentuh Level Krisis

Jakarta – Sentimen negatif membayangi pasar modal Indonesia pada penutupan perdagangan Jumat (21/3/2025), dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi signifikan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melanjutkan pelemahannya hingga menembus level psikologis Rp 16.500.

IHSG mengakhiri sesi perdagangan dengan penurunan tajam sebesar 1,94 persen atau 123,49 poin, terjerembab ke level 6.258,17. Kendati sempat mencoba bangkit di awal sesi, indeks saham acuan terus tertekan oleh aksi jual yang masif sepanjang hari. Pelemahan ini menjadi sinyal kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi global dan domestik.

Performa Sektor dan Saham

Secara keseluruhan, performa pasar saham pada hari ini didominasi oleh sentimen negatif. Terpantau 476 saham mengalami penurunan harga, berbanding terbalik dengan hanya 135 saham yang berhasil mencatatkan kenaikan. Sebanyak 187 saham lainnya terpantau stagnan.

Nilai transaksi perdagangan hari ini mencapai Rp 21,53 triliun, dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 21,61 miliar lembar. Hal ini menunjukkan tingginya aktivitas jual beli di pasar, yang didorong oleh kekhawatiran investor.

Berikut adalah daftar saham yang menjadi top losers dan penahan kejatuhan IHSG:

  • Pemberat IHSG:
    • Bank Central Asia (BBCA): Turun 5,37 persen ke level 7.925.
    • Bank Rakyat Indonesia (BBRI): Turun 1,37 persen ke level 3.610.
    • Bank Negara Indonesia (BBNI): Turun 7,11 persen ke level 3.790.
  • Penahan Kejatuhan IHSG:
    • United Tractors (UNTR): Naik 1,10 persen ke level 22.875.
    • Chandra Asri Pacific (TPIS): Naik 3,19 persen ke level 7.275.
    • Barito Renewables Energy (BREN): Naik 6,25 persen ke level 5.950.

Sektor perbankan menjadi salah satu yang paling terpukul, dengan saham-saham bank besar seperti BBCA, BBRI, dan BBNI mengalami penurunan yang signifikan. Sementara itu, sektor energi dan barang konsumsi relatif lebih stabil, dengan beberapa saham seperti UNTR, TPIS, dan BREN berhasil mencatatkan kenaikan.

Sentimen Regional

Kondisi pasar regional juga turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Sebagian besar bursa saham di kawasan Asia Pasifik ditutup di zona merah, mencerminkan sentimen global yang kurang kondusif.

  • Shanghai Komposit: Turun 1,03 persen ke posisi 3.373,76.
  • Nikkei 225: Turun 0,09 persen di posisi 37.809,50.
  • Strait Times: Turun 0,1 persen di level 3.926,45.
  • Hang Seng: Turun 1,98 persen di level 23.740,00.

Rupiah Tertekan

Tekanan terhadap pasar modal juga tercermin pada nilai tukar rupiah. Mata uang Garuda terus mengalami pelemahan terhadap dolar AS, menembus level Rp 16.500. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp 16.501 per dolar AS, melemah 0,10 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya.

Kurs tengah Jisdor juga menunjukkan pelemahan serupa, dengan rupiah berada di level Rp 16.501 per dolar AS, dibandingkan dengan hari sebelumnya yang berada di level Rp 16.481 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini menambah kekhawatiran terhadap inflasi dan daya beli masyarakat. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan menjaga stabilitas makroekonomi.

Analisis dan Prospek

Analis pasar menilai bahwa pelemahan IHSG dan rupiah dipicu oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Dari dalam negeri, kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi menjadi sentimen negatif. Sementara dari eksternal, ketidakpastian kebijakan moneter global dan tensi geopolitik turut mempengaruhi pasar.

Kedepan, pergerakan IHSG dan Rupiah akan sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global dan domestik. Investor diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi dan senantiasa memantau perkembangan pasar.