Pemerintah Bergerak Cepat Tekan Harga Cabai yang Melonjak Tajam Jelang Ramadan
Pemerintah Bergerak Cepat Tekan Harga Cabai yang Melonjak Tajam Jelang Ramadan
Kenaikan harga cabai yang signifikan di pasaran menjelang bulan Ramadan telah mendorong pemerintah untuk mengambil langkah cepat guna menstabilkan harga komoditas penting tersebut. Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, mengungkapkan bahwa berbagai strategi telah dan sedang diterapkan untuk membanjiri pasar dengan pasokan cabai dalam waktu singkat. Ia memprediksi harga cabai akan mengalami penurunan dalam waktu dua hingga tiga hari ke depan.
"Saat ini, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian tengah berkolaborasi untuk meningkatkan distribusi cabai ke pasar tradisional, supermarket, dan pasar modern," jelas Wamentan Sudaryono dalam keterangannya di Jakarta. "Upaya ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan menurunkan harga cabai yang saat ini cukup tinggi." Wamentan menekankan optimismenya bahwa langkah-langkah tersebut akan berdampak positif dalam waktu dekat, sehingga masyarakat dapat menikmati cabai dengan harga yang lebih terjangkau, baik bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa maupun yang tidak. Ia menambahkan, "Semoga dalam dua hingga tiga hari ke depan, harga cabai dapat turun dan dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia."
Meskipun harga cabai mengalami lonjakan drastis, Wamentan menyebutkan bahwa harga komoditas pangan lainnya relatif stabil. Pasokan telur, beras, dan minyak goreng dinilai cukup untuk memenuhi permintaan pasar. "Suplai telur cukup memadai untuk memenuhi permintaan yang tinggi. Kenaikan harga yang signifikan hanya terlihat pada cabai," ujar Wamentan.
Untuk menjaga stabilitas harga, pemerintah terus menggelar operasi pasar di lebih dari 300 titik di berbagai kantor pos di seluruh Indonesia. Selain itu, pemerintah juga memastikan penegakan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng, gula pasir, dan beras. "Kami berkoordinasi dengan pihak berwajib untuk memastikan HET komoditas tersebut terpenuhi. Sampai saat ini, harga komoditas tersebut relatif stabil dan masih berada di sekitar HET," terang Wamentan. Namun, ia mengakui bahwa penstabilan harga cabai, baik cabai merah besar, keriting, maupun rawit, masih menjadi tantangan utama karena tingginya permintaan dibandingkan dengan pasokan yang tersedia.
Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan kenaikan harga cabai berbagai jenis sejak akhir Februari hingga awal Maret 2025. Harga cabai rawit merah di pasar tradisional bahkan mencapai lebih dari Rp 100.000 per kilogram di beberapa wilayah. Harga rata-rata untuk cabai rawit merah mencapai Rp 100.000/kg, cabai rawit hijau Rp 69.150/kg, cabai merah keriting Rp 68.350/kg, dan cabai merah besar Rp 65.550/kg. Di beberapa daerah seperti Lombok Tengah, harga cabai bahkan mencapai angka fantastis, yaitu Rp 200.000 per kilogram.
Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menjelaskan bahwa kenaikan harga cabai rawit merah mencapai 23,23 persen (month to month) menjadi Rp 81.700/kg. Ia menyebutkan bahwa berkurangnya pasokan cabai disebabkan oleh tingginya curah hujan di beberapa sentra produksi cabai, seperti Magelang, Jawa Timur, dan Sulawesi. "Kami telah berkomunikasi dengan sentra produksi cabai untuk mengantisipasi hal tersebut," ungkap Mendag dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI.
Pemerintah menegaskan komitmennya untuk terus memantau dan berupaya mengatasi permasalahan kenaikan harga cabai ini, mengingat pentingnya komoditas tersebut bagi masyarakat, khususnya selama bulan Ramadan.