Perjalanan Spiritual Poniman: Menghapus Tato Masa Lalu Demi Ibadah yang Sempurna

Perjalanan Spiritual Poniman: Menghapus Tato Masa Lalu Demi Ibadah yang Sempurna

Poniman (55), warga Cilincing, Jakarta Utara, telah menjalani proses penghapusan tato yang telah menghiasi lengan kirinya selama lebih dari tiga dekade. Keputusan ini bukan sekadar keinginan estetika, melainkan perjalanan spiritual yang mendalam setelah ia aktif mengikuti kajian-kajian agama Islam. Tato huruf 'R' sederhana itu, yang dibuat di masa mudanya karena pengaruh pergaulan, kini menjadi simbol masa lalu yang ingin ditinggalkan. Proses penghapusan tato dilakukan dalam sebuah program penghapusan tato gratis di Kantor Wali Kota Jakarta Utara pada Rabu (19/3/2025).

Perubahan signifikan dalam hidup Poniman bermula dari keikutsertaannya dalam kajian-kajian agama. Melalui pembelajaran yang intensif, ia mendapatkan pemahaman baru tentang konsep kezaliman terhadap diri sendiri. Menato tubuh, menurut penuturannya, kini dipahami sebagai tindakan yang termasuk dalam kategori tersebut. Pengalaman ini mendorongnya untuk mengambil langkah nyata dengan menghapus tato yang telah melekat selama hampir 35 tahun. "Awalnya saya ikut kajian ngaji, jadi tergerak. Itu pun langsung ada niat setelah ikut kajian. Jadi, makin sering ikut kajian, makin yakin bahwa di agama memang tidak diperbolehkan," ungkap Poniman dalam wawancara seusai proses penghapusan tato.

Lebih dari sekadar penyesalan terhadap tato masa lalunya, Poniman juga terdorong oleh rencana keberangkatannya untuk menunaikan ibadah umroh di tahun ini. Keinginan untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk dan tanpa beban batin menjadi motivasi utama di balik keputusannya. Kehadiran tato, baginya, dapat menghambat kesempurnaan ibadah tersebut. "Saya ingin ibadah umroh saya nanti sempurna, tanpa halangan," tambahnya. Ia mengakui proses penghapusan tato membutuhkan perjuangan, namun nilai spiritual yang ia peroleh jauh lebih berharga daripada rasa sakit yang dirasakan.

Tidak ada makna khusus yang melekat pada tato huruf 'R' tersebut. Poniman mengaku membuatnya hanya karena tren di masa mudanya. "Karena pergaulan biar keren aja. Enggak bermakna, jadi enggak masalah buat dihapus," jelasnya. Kisah Poniman menjadi bukti nyata bagaimana pemahaman keagamaan dapat memicu perubahan positif dalam kehidupan seseorang, bahkan sampai kepada hal-hal yang tampak sepele seperti tato.

Proses penghapusan tato ini pun tidak hanya menggambarkan transformasi pribadi Poniman, tetapi juga menunjukkan pentingnya akses terhadap layanan kesehatan dan spiritual bagi masyarakat. Program penghapusan tato gratis yang diadakan oleh Pemerintah Kota Jakarta Utara memberikan kesempatan bagi individu yang ingin memperbaiki diri dan meninggalkan masa lalu yang kurang baik. Kisah Poniman diharapkan bisa menginspirasi bagi mereka yang ingin memulai perubahan hidup yang lebih baik melalui pemahaman agama yang lebih mendalam.