Hilirisasi Sektor Pertambangan: Peran Strategis Bahlil Lahadalia dalam Pembangunan PMR Gresik dan Penguatan Ekonomi Nasional
Hilirisasi Sektor Pertambangan: Peran Strategis Bahlil Lahadalia dalam Pembangunan PMR Gresik dan Penguatan Ekonomi Nasional
Peresmian Precious Metal Refinery (PMR) di Gresik, Jawa Timur, pada 17 Maret 2025, menandai tonggak penting dalam upaya hilirisasi industri pertambangan Indonesia. Keberhasilan pembangunan PMR ini tak lepas dari peran strategis Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, yang telah konsisten mendorong hilirisasi sejak menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Perannya semakin signifikan sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional. PMR, yang mampu memproduksi emas hingga 70 ton per tahun, merupakan bukti nyata keberhasilan strategi hilirisasi yang dijalankan pemerintah.
Unggul Heriqbaldi, peneliti The Reform Initiative (TRI) dan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (Unair), menekankan pentingnya peran Bahlil dalam memastikan hilirisasi menciptakan nilai tambah ekonomi yang signifikan. Bukan hanya sekedar pengolahan bahan mentah, Bahlil juga berupaya mengintegrasikan teknologi, peningkatan sumber daya manusia (SDM), dan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara optimal. Menurut Unggul, kombinasi ketiga faktor ini menjadi kunci keberhasilan hilirisasi dan penguatan daya saing Indonesia di pasar global. Strategi ini terbukti efektif dalam mendorong pembangunan PMR Gresik, yang kini menjadi pusat pengolahan logam mulia seperti emas, perak, dan platinum.
Dampak Positif PMR Gresik terhadap Ekonomi Nasional
PMR Gresik bukan hanya meningkatkan nilai tambah ekonomi melalui pengolahan logam mulia, tetapi juga membuka peluang ekspor produk olahan berkualitas tinggi. Pemurnian emas di dalam negeri dapat meningkatkan nilai tambah hingga 30-40 persen dibandingkan dengan ekspor emas mentah. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi devisa negara dan memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan internasional. Lebih lanjut, PMR Gresik juga memberikan dampak signifikan terhadap industri dalam negeri. Industri perhiasan, elektronik, otomotif, dan katalis akan mendapatkan pasokan bahan baku berkualitas tinggi, meningkatkan daya saing mereka di pasar global.
Kota-kota seperti Surabaya dan Jakarta, yang memiliki klaster industri perhiasan, akan merasakan manfaat besar dari keberadaan PMR. Integrasi PMR dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik dan pelabuhan ekspor yang strategis akan meningkatkan efisiensi distribusi produk, baik untuk ekspor maupun pasar domestik. Dengan demikian, Gresik berpotensi berkembang menjadi pusat industri hilirisasi mineral dan metalurgi di Indonesia. Keberadaan PMR juga menciptakan lapangan kerja baru, diperkirakan mencapai 2.000 orang setelah beroperasi penuh, serta memicu munculnya industri turunan, seperti industri yang memanfaatkan limbah tembaga dari smelter.
Investasi Jumbo dan Keberlanjutan Hilirisasi
Nilai investasi PMR Gresik yang mencapai Rp 10 triliun menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengembangkan industri hilirisasi. Investasi ini tidak hanya mencakup pembangunan PMR, tetapi juga pengembangan infrastruktur pendukung, seperti pengembangan SDM dan teknologi. Proyek ini juga merupakan kelanjutan dari komitmen jangka panjang pemerintah, yang dimulai sejak peletakan batu pertama pada 12 Oktober 2021 oleh Presiden Joko Widodo. Keberhasilan PMR Gresik menjadi bukti nyata bahwa hilirisasi dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi, memperkuat daya saing Indonesia, dan menciptakan lapangan kerja. Dengan keberhasilan ini, pemerintah diharapkan semakin konsisten dalam mendorong hilirisasi sektor pertambangan untuk mencapai kemakmuran ekonomi yang berkelanjutan.
Catatan: Data dan informasi dalam berita ini bersumber dari pernyataan resmi dan publikasi terkait.