Anjloknya IHSG: Dampak Runtuhnya Kepercayaan Investor terhadap Ekonomi Nasional

Anjloknya IHSG: Dampak Runtuhnya Kepercayaan Investor terhadap Ekonomi Nasional

Penurunan drastis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 7 persen pada 18 Maret 2025, melampaui penurunan saat awal pandemi Covid-19, telah mengguncang pasar modal Indonesia. Fenomena ini ditandai dengan aksi jual saham besar-besaran, terutama pada saham-saham blue chip perbankan, yang mengindikasikan hilangnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi domestik. Penghentian sementara perdagangan saham (trading halt) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), merupakan langkah darurat untuk meredam gejolak pasar yang signifikan ini. Analisis mendalam terhadap penyebab krisis kepercayaan ini menjadi kunci untuk merumuskan strategi pemulihan yang efektif.

Analisis Penyebab Penurunan IHSG:

Beberapa faktor fundamental berkontribusi terhadap penurunan kepercayaan investor dan anjloknya IHSG. Pertama, kinerja APBN 2025 hingga Februari menunjukan defisit Rp 31,2 triliun (0,13% terhadap PDB). Penurunan pendapatan negara sebesar 20,85% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh kontraksi penerimaan pajak hingga 30%. Penerapan sistem perpajakan baru 'Coretax' yang dinilai menyulitkan wajib pajak menjadi salah satu penyebab utama penurunan ini. Defisit ini diperkirakan akan terus melebar mengingat komitmen pemerintah terhadap program-program seperti Program Makan Bergizi Gratis (MBG), pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), dan pengeluaran gaji pejabat negara yang cukup besar.

Kedua, melemahnya daya beli masyarakat terlihat dari beberapa indikator. Proporsi pendapatan yang ditabung menurun dari 15,3% pada Januari menjadi 14,7% pada Februari 2025, sementara pengeluaran konsumsi meningkat dari 73,6% menjadi 74,7%. Penurunan nilai impor barang konsumsi juga menjadi indikator yang mengkhawatirkan, turun dari 1,64 miliar dollar AS (Januari) menjadi 1,47 miliar dollar AS (Februari), menunjukkan penurunan secara month on month (mom) dan year on year (yoy) yang signifikan. Fenomena deflasi pada Februari 2025, setelah periode inflasi pada Januari, juga menambah kekhawatiran.

Ketiga, isu mengenai kemungkinan pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani turut menambah ketidakpastian. Meskipun telah dibantah oleh beberapa pejabat, ketidakjelasan dari Menkeu sendiri menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor. Keempat, revisi Undang-Undang tentang TNI yang tengah dibahas DPR, khususnya pasal yang memungkinkan anggota TNI aktif untuk berbisnis dan memimpin BUMN, menimbulkan kekhawatiran akan persaingan usaha yang tidak sehat dan potensi penurunan kinerja BUMN. Perpanjangan masa pensiun anggota TNI juga berpotensi meningkatkan defisit APBN.

Kelima, inkonsistensi kebijakan pemerintah dalam beberapa hal, seperti distribusi elpiji 3 kg, kenaikan tarif PPN, dan penundaan pelantikan calon ASN, juga turut memengaruhi kepercayaan investor. Ketidakpastian kebijakan ini menciptakan lingkungan investasi yang kurang kondusif.

Langkah-langkah Pemulihan:

Untuk memulihkan kepercayaan investor dan memperbaiki kondisi IHSG, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis. Pertama, memperbaiki kinerja APBN dengan mengurangi defisit melalui peningkatan penerimaan pajak (penagihan pajak tertunggak) dan efisiensi pengeluaran. Kedua, meningkatkan daya beli masyarakat dengan melanjutkan program bantuan langsung tunai dan subsidi. Ketiga, Menteri Keuangan perlu secara langsung mengklarifikasi isu pengunduran dirinya. Keempat, revisi UU TNI perlu mempertimbangkan aspirasi publik agar tidak berdampak negatif terhadap perekonomian. Terakhir, pemerintah harus menerapkan kebijakan ekonomi yang konsisten dan terukur untuk menciptakan iklim investasi yang sehat dan menumbuhkan kembali kepercayaan investor.