OECD Merevisi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Pertumbuhan Lebih Rendah dari Perkiraan Awal
OECD Merevisi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Pertumbuhan Lebih Rendah dari Perkiraan Awal
Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) baru-baru ini merilis laporan Interim Report Steering through Uncertainty edisi Maret 2025, yang merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam laporan tersebut, OECD menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 menjadi 4,9 persen, angka yang lebih rendah dibandingkan prediksi sebelumnya sebesar 5,2 persen. Penurunan ini mencerminkan dinamika ekonomi global yang lebih kompleks dan penuh ketidakpastian. Untuk tahun 2026, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat lebih lanjut menjadi 5 persen, turun dari perkiraan 5,1 persen pada laporan sebelumnya.
"Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 4,9 persen pada tahun 2025 dan 5,0 persen pada tahun 2026," demikian bunyi laporan OECD yang dikutip Selasa (18/3/2025). Perlu dicatat bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh OECD untuk periode 2025-2026 ini berada di bawah angka yang tertera dalam asumsi ekonomi makro dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2026. Asumsi ekonomi makro memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada tahun 2025, sedangkan RPJMN menargetkan angka yang lebih tinggi, yaitu 5,3 persen. Untuk tahun 2026, RPJMN bahkan menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen. Selisih yang cukup signifikan antara proyeksi OECD dan target pemerintah ini perlu menjadi perhatian khusus bagi para pembuat kebijakan.
Bukan hanya Indonesia, OECD juga merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang anggota G20. Secara umum, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang ini diperkirakan akan melambat. Sebagai contoh, pertumbuhan ekonomi China diprediksi mencapai 4,8 persen pada tahun 2025, sebelum melambat menjadi 4,4 persen pada tahun 2026. Faktor-faktor seperti dampak negatif tarif dan dukungan kebijakan menjadi pertimbangan utama dalam prediksi tersebut. Meskipun demikian, OECD mencatat bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi diprediksi tidak akan terlalu signifikan di India dan Indonesia. Kedua negara ini diyakini masih akan menikmati dukungan terhadap pertumbuhan ekspor karena daya tarik bagi bisnis baru yang beralih dari negara-negara pengekspor lain yang menghadapi kenaikan tarif yang lebih tajam. Situasi ini menunjukkan potensi resiliensi ekonomi Indonesia dan India di tengah perlambatan ekonomi global.
Perbedaan antara proyeksi OECD dan target pemerintah Indonesia perlu dikaji lebih lanjut untuk memahami implikasinya bagi kebijakan ekonomi dan pembangunan nasional. Pemerintah perlu mengevaluasi strategi dan kebijakan yang telah diterapkan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi tetap berada pada jalur yang diharapkan, serta mengantisipasi tantangan yang mungkin muncul akibat perlambatan ekonomi global. Lebih lanjut, analisis mendalam diperlukan untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan proyeksi tersebut, termasuk metodologi yang digunakan oleh OECD dan asumsi yang mendasari proyeksi pemerintah. Transparansi data dan analisis yang komprehensif akan membantu dalam pengambilan keputusan kebijakan yang lebih tepat dan efektif.