Insomnia Pasca Persalinan: Mengupas Faktor Fisiologis dan Psikologis yang Mempengaruhi Tidur Ibu Baru

Insomnia Pasca Persalinan: Mengupas Faktor Fisiologis dan Psikologis yang Mempengaruhi Tidur Ibu Baru

Proses melahirkan, meskipun diiringi kelelahan fisik yang signifikan, seringkali tidak langsung dibalas dengan tidur nyenyak bagi para ibu. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap sulit tidur pasca persalinan, melampaui sekedar keletihan fisik. Sebuah diskusi bersama Certified Sleep & Recovery Coach, Vishal Dasani, dalam perayaan Hari Tidur Sedunia di Jakarta baru-baru ini, mengungkap beberapa penyebab utama fenomena ini.

Dasani menunjuk tiga faktor utama yang menyebabkan insomnia pada ibu pasca melahirkan. Pertama, perubahan hormonal yang drastis. Estrogen dan progesteron, dua hormon kunci yang berperan dalam mengatur siklus tidur, mengalami fluktuasi signifikan setelah persalinan. Penurunan kadar hormon ini, yang sebelumnya membantu mempromosikan tidur, justru dapat mengganggu pola tidur normal dan menyebabkan kesulitan tidur. Hal ini menekankan pentingnya dukungan pasangan, terutama dalam membantu mengasuh bayi di malam hari, sehingga ibu dapat memperoleh istirahat yang cukup.

Kedua, terganggunya ritme sirkadian. Ritme sirkadian, atau jam biologis internal tubuh, mengatur siklus tidur-bangun. Kehadiran bayi baru lahir seringkali mengganggu ritme ini. Bayi yang rewel di malam hari, misalnya, dapat menyebabkan terputusnya siklus tidur ibu, dan dengan demikian mengganggu ritme sirkadiannya. Untuk mengatasi hal ini, Dasani menyarankan paparan sinar matahari pagi dan aktivitas fisik ringan seperti berjalan kaki. Selain itu, pola makan yang sehat dan teratur juga berperan penting dalam menjaga kestabilan ritme sirkadian dan level energi, yang selanjutnya berdampak positif pada kualitas tidur dan produksi ASI.

Faktor ketiga adalah kecemasan. Masa pasca persalinan seringkali diiringi oleh kecemasan yang signifikan. Ibu baru mungkin merasa cemas akan tanggung jawab mengasuh anak, ketakutan akan kemampuannya sebagai orang tua, atau kekhawatiran akan perkembangan anak di masa depan. Kecemasan ini dapat menyebabkan stres yang mengganggu tidur. Dukungan keluarga, teman, dan konseling dapat membantu mengatasi kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur.

Selain ketiga faktor di atas, Dasani juga menyoroti pentingnya kebiasaan tidur yang sehat. Ibu baru yang terbiasa tidur siang terlalu lama, misalnya, mungkin akan merasa segar di malam hari dan kesulitan tidur. Menyesuaikan pola tidur dan memastikan waktu tidur malam yang cukup, meskipun terganggu oleh kebutuhan bayi, sangatlah penting. Membangun kebiasaan tidur yang teratur dan menghindari tidur siang yang terlalu panjang dapat membantu mengatasi masalah ini.

Kesimpulannya, sulit tidur pasca persalinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan psikologis. Memahami faktor-faktor ini dan menerapkan strategi manajemen tidur yang tepat, didukung dengan bantuan dari pasangan dan keluarga, sangatlah krusial dalam membantu para ibu mendapatkan istirahat yang cukup untuk pemulihan dan mengasuh bayi dengan optimal. Konsultasi dengan tenaga medis juga sangat disarankan jika kesulitan tidur berlangsung lama dan mengganggu kualitas hidup.