Deteksi Dini: Kunci Pencegahan Gagal Ginjal Kronis

Deteksi Dini: Kunci Pencegahan Gagal Ginjal Kronis

Penyakit ginjal kronis (PGK) seringkali terdeteksi pada stadium lanjut, ketika kerusakan ginjal sudah signifikan. Hal ini menyoroti pentingnya deteksi dini melalui pemeriksaan berkala, terutama bagi kelompok berisiko tinggi. Menurut dr. Tunggul D Situmorang, SpPD-KGH, konsultan ginjal dan hipertensi, individu dengan riwayat hipertensi, diabetes melitus, obesitas, atau riwayat keluarga PGK perlu lebih waspada dan menjalani pemeriksaan rutin. Penanganan dini sangat krusial karena PGK yang terlambat ditangani dapat berujung pada gagal ginjal dan ketergantungan jangka panjang pada terapi cuci darah, sebuah kondisi yang sulit disembuhkan secara total.

Dua jenis pemeriksaan utama berperan penting dalam mendeteksi dini PGK. Pertama, pemeriksaan UACR (Urine Albumin-to-Creatinine Ratio) mengukur rasio albumin terhadap kreatinin dalam urine. Albumin, sebuah protein, seharusnya tidak ditemukan dalam jumlah besar dalam urin jika ginjal berfungsi normal. Tingginya kadar UACR (di atas 30 mg/g) mengindikasikan albuminuria atau 'ginjal bocor', sebuah tanda awal kerusakan ginjal atau PGK. Kondisi ini, khususnya pada penderita diabetes tipe 2, meningkatkan risiko penyakit jantung dan memperburuk PGK. Pemeriksaan kedua adalah pengukuran kadar kreatinin darah. Kreatinin, produk limbah metabolisme otot, disaring oleh ginjal. Kadar kreatinin darah yang tinggi menunjukkan penurunan fungsi ginjal.

Pengendalian Faktor Risiko: Strategi Pencegahan Komprehensif

Selain deteksi dini, pengendalian faktor risiko merupakan pilar penting pencegahan dan pengelolaan PGK. Pengaturan tekanan darah dan kadar gula darah sangat krusial dalam memperlambat perkembangan penyakit. Kemajuan di bidang pengobatan telah menghasilkan inovasi seperti Finerenone, obat yang terbukti efektif memperlambat perburukan PGK pada pasien diabetes. Studi oleh American Society of Nephrology menunjukkan bahwa terapi Finerenone mengurangi risiko perburukan PGK dan menurunkan risiko cuci darah hingga 36 persen. Artinya, selain pemeriksaan rutin, upaya menjaga gaya hidup sehat dan mengelola kondisi medis yang mendasarinya menjadi kunci utama dalam mencegah dan mengendalikan PGK.

Kesimpulan:

Deteksi dini melalui pemeriksaan UACR dan kadar kreatinin darah, dipadukan dengan pengendalian faktor risiko seperti tekanan darah dan gula darah, merupakan strategi komprehensif dalam mencegah dan mengelola PGK. Kesadaran akan pentingnya pemeriksaan berkala dan perawatan yang tepat dapat mengurangi beban penyakit ginjal dan meningkatkan kualitas hidup pasien.