Pesan WhatsApp Palsu Ungkap Kekejaman Pembunuhan Ibu dan Anak di Tambora
Pesan WhatsApp Palsu Ungkap Kekejaman Pembunuhan Ibu dan Anak di Tambora
Tragedi pembunuhan yang menggemparkan Jakarta Barat mengungkap kejahatan terencana yang dilakukan oleh Febri Arifin alias Jamet (31) terhadap Tjong Sioe Lan alias Enci (59) dan putrinya, Eka Selawati (35). Kedua korban ditemukan tewas setelah dilaporkan hilang oleh anak Enci yang lain, Ronny. Kronologi kasus ini terkuak berawal dari pesan WhatsApp terakhir yang diterima Ronny dari ibunya pada tanggal 1 Maret 2025, sekitar pukul 20.00 WIB. Dalam pesan tersebut, Enci menyatakan akan menginap di Teluk Gong.
Namun, penyelidikan Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat di bawah pimpinan Kombes Twedi Aditya Bennyahdi mengungkap fakta mengejutkan. Pesan WhatsApp tersebut ternyata palsu, sebuah tipu daya licik Jamet untuk mengelabui Ronny dan mengaburkan jejak kejahatannya. Setelah membunuh Enci dan Eka, dan memindahkan jasad mereka ke sebuah penampungan air, Jamet mematikan listrik rumah korban dan menggunakan ponsel Enci untuk mengirimkan pesan palsu tersebut. Kepada Ronny, pesan itu seolah-olah dikirim oleh Enci yang menyatakan adanya gangguan listrik di rumah sehingga lampu mati. Strategi ini berhasil mengulur waktu dan memperlambat proses penyelidikan polisi.
Modus Operandi dan Kelicikan Pelaku
Lebih jauh, terungkap bahwa Jamet merupakan tetangga korban dan telah memanfaatkan kepercayaan Enci terhadap kemampuan supranaturalnya. Enci percaya bahwa Jamet memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit. Jamet dengan licik mengeksploitasi kepercayaan ini untuk melancarkan aksinya. Ia mengaku memiliki koneksi dengan seorang dukun ‘pinter’ bernama Krismartoyo yang dapat menggandakan uang dan Kakang, seorang dukun peramal jodoh yang bisa menjodohkan Eka. Kedua nama tersebut ternyata fiktif, ciptaan Jamet semata untuk menipu korban.
Modus penggandaan uang menjadi daya tarik bagi Enci. Pada awal Februari 2025, Enci menunjukkan sejumlah uang kepada Jamet dengan harapan dapat digandakan. Kesempatan ini dimanfaatkan Jamet dengan menggunakan nomor telepon lain untuk berpura-pura menjadi Krismartoyo, dukun pengganda uang, dan nomor lain lagi untuk berperan sebagai Kakang, dukun peramal jodoh. Dengan demikian, Jamet berhasil menguasai kepercayaan korban secara menyeluruh, membuka jalan bagi niat jahatnya.
Kesimpulan dan Dampak Kasus
Kasus ini menyoroti betapa bahayanya eksploitasi kepercayaan dan manipulasi informasi. Kelicikan Jamet dalam menggunakan teknologi komunikasi modern, khususnya pesan WhatsApp, untuk menutupi kejahatannya patut menjadi perhatian. Polisi berhasil mengungkap kasus ini berkat kesigapan dan ketelitian dalam penyelidikan. Kasus ini juga menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap orang-orang yang mengaku memiliki kemampuan supranatural dan menawarkan jasa yang tidak masuk akal. Semoga kasus ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dan bijak dalam mempercayai orang lain, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan digital.
- Pihak kepolisian berhasil menangkap pelaku dan mengungkapkan motif pembunuhan tersebut.
- Kasus ini menjadi sorotan publik dan mengundang keprihatinan akan maraknya kejahatan yang memanfaatkan kepercayaan korban.
- Penyelidikan menekankan pentingnya verifikasi informasi dan kewaspadaan terhadap penipuan online.