Masjid Agung Jawa Tengah: Perpaduan Arsitektur, Budaya, dan Spiritualitas Jawa
Masjid Agung Jawa Tengah: Simbol Harmoni Budaya dan Spiritualitas Jawa
Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Semarang bukan sekadar tempat ibadah; ia merupakan ikon kebanggaan Jawa Tengah, merepresentasikan perpaduan unik antara arsitektur, budaya, dan spiritualitas Jawa yang kaya. Berdiri megah di tengah hiruk pikuk kota, MAJT menarik perhatian tak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai destinasi wisata religi dan edukasi yang sarat makna. Kunjungan baru-baru ini mengungkap kekayaan yang tersimpan di dalam kompleks masjid yang megah ini.
Salah satu daya tarik utama MAJT adalah Mushaf Akbar, sebuah Al-Qur'an raksasa berukuran 145 x 95 cm yang ditulis tangan oleh Drs. Hayat selama 2 tahun 3 bulan. Proses penulisan yang penuh ketekunan dan tirakat ini menghasilkan karya seni kaligrafi yang luar biasa, sekaligus representasi kearifan lokal Jawa Tengah. Mushaf Akbar, yang dihibahkan ke MAJT pada 26 Oktober 2005, kini tersimpan dengan pengawasan ketat di dalam kaca, dirawat dengan penuh kehati-hatian oleh para santri untuk memastikan kelestariannya. Setiap hari, mereka membuka satu per satu halamannya dengan penuh penghormatan. Keberadaan Mushaf Akbar ini bukan sekadar karya seni, tetapi juga simbol yang mewakili ke-35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Selain Mushaf Akbar, MAJT juga menyimpan Bedug Ijo Mangunsari, replika bedug raksasa dari Purworejo dengan tinggi 3,10 meter. Dibuat oleh ulama asal Banyumas, KH Ahmad Shobri, menggunakan kayu waru berkualitas tinggi, bedug ini merupakan simbol budaya Islam yang kental dengan tradisi lokal. MAJT juga memamerkan berbagai koleksi budaya lainnya, seperti prasasti dari Magelang, gebyok (partisi ruangan tradisional Jawa), dan lampu rombyong, semuanya mencerminkan perpaduan harmonis antara budaya Islam dan tradisi Jawa.
Puncak dari kemegahan MAJT adalah Menara Asmaul Husna setinggi 99 meter, yang dibangun pada tahap ketiga dan keempat pembangunan masjid. Menara ini bukan hanya menawarkan panorama Kota Semarang yang menakjubkan dari puncaknya, tetapi juga berfungsi sebagai Studio Radio Dakwah Islam di lantai satu dan Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah di lantai dua dan tiga. Lantai 19 menara bahkan difungsikan sebagai tempat pengamatan rukyatul hilal, menjadikannya pusat penting untuk penentuan awal bulan kamariah. Tim Hisab Rukyat MAJT, bekerjasama dengan UIN Walisongo, secara rutin melakukan pengamatan hilal dari menara ini.
Arsitektur menara itu sendiri merupakan perpaduan menarik antara unsur Timur Tengah dan Jawa. Miniatur Menara Kudus menghiasi bagian bawah menara, sementara desain menara utamanya terinspirasi oleh arsitektur Timur Tengah. Perpaduan ini merepresentasikan harmoni antara nilai-nilai spiritual Islam dan kekayaan budaya lokal Jawa Tengah.
MAJT tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat edukasi bagi pelajar dan wisatawan. Museum Islam di kompleks masjid menyediakan wawasan mendalam tentang sejarah Islam di Jawa Tengah, dari masa awal hingga perkembangannya di era modern. Selama Ramadan, MAJT tetap ramai dikunjungi, meskipun jam operasionalnya dibatasi hingga pukul 18.00 WIB. Sebagai upaya untuk mendukung edukasi dan wisata religi, MAJT juga memberikan diskon 50 persen bagi pelajar yang ingin mengunjungi menara, dengan harga tiket hanya Rp 5.000.
Kesimpulannya, Masjid Agung Jawa Tengah adalah lebih dari sekadar masjid. Ia merupakan perpaduan harmonis antara arsitektur megah, kekayaan budaya lokal, dan spiritualitas yang mendalam, menawarkan pengalaman yang bermakna bagi seluruh pengunjungnya.