Siluet Baru Mendominasi Paris Fashion Week Fall 2025: Era 'Power Curve' Tiba
Siluet Baru Mendominasi Paris Fashion Week Fall 2025: Era 'Power Curve' Tiba
Paris Fashion Week Fall 2025 menyaksikan sebuah pergeseran signifikan dalam tren siluet, menandai era baru yang disebut "Power Curve." Berbeda dengan tren sebelumnya yang menekankan pada bentuk tubuh ramping, koleksi musim gugur ini menampilkan bentuk yang lebih besar, lebih berani, dan lebih feminin. Desainer ternama seperti Pieter Mulier di Alaïa, Daniel Roseberry di Schiaparelli, dan Chemena Kamali di Chloé memimpin pergerakan ini, menawarkan interpretasi unik dari kekuatan dan keindahan feminin melalui manipulasi proporsi dan volume.
Alaïa, misalnya, menampilkan desain yang revolusioner. Mulier dengan cerdik menurunkan garis pinggang rok dan menambahkan struktur yang memberikan ilusi pannier futuristik di area pinggul. Hasilnya adalah tampilan yang dramatis, menantang norma konvensional tentang bentuk tubuh ideal. Ini bukan sekadar tren estetika, melainkan pernyataan sikap yang kuat. Jika siluet bahu tegas era 1980-an merepresentasikan kekuatan perempuan dalam dunia kerja, maka 'Power Curve' membawa konsep tersebut ke tingkat yang jauh lebih tinggi. Siluet ini tidak meniru maskulinitas, melainkan merayakan dan memperbesar bentuk tubuh perempuan secara utuh, menonjolkannya dengan penuh percaya diri dan mendominasi ruang dengan keberanian.
Di Chloé, Chemena Kamali mempersembahkan blus chiffon dan renda dengan detail frill dan peplum yang menonjol. Detail-detail ini, yang biasanya diasosiasikan dengan kerapuhan, diubah menjadi pernyataan keberanian yang tak terduga. Sementara itu, Schiaparelli di bawah arahan Roseberry, menawarkan interpretasi 'Power Curve' yang lebih mewah dan artistik. Setelan kulit barok dengan aksen di area bust dan pinggul yang melengkung, dipadukan dengan kerah shearling yang membentuk sayap lebar, menciptakan tampilan glamor yang tetap relevan dengan konteks modern. Roseberry sendiri menjelaskan visi di balik koleksinya: "Ini bukan tentang daya tarik seksual, bukan tentang mengundang tatapan laki-laki, tetapi tentang kontrol, pilihan, dan agensi atas tubuh sendiri."
Tren ini juga menjadi reaksi terhadap tren korset yang sempat populer. Alih-alih memaksa bentuk tubuh melalui struktur ketat, desainer 'Power Curve' bermain dengan proporsi dan padding untuk menciptakan efek dramatis tanpa mengorbankan kenyamanan. Mulier di Alaïa membawa eksplorasi ini lebih jauh, menciptakan siluet yang hampir menyerupai baju zirah feminin, dengan layering dan padding yang strategis di bagian bahu hingga pinggul. Ruffle bertumpuk, bolero melengkung, dan penggunaan bahan seperti tali kulit menciptakan tampilan futuristik yang unik. Konsep body-conscious kini memiliki makna yang lebih luas, bukan hanya soal menonjolkan bentuk tubuh, tetapi juga tentang kesadaran akan ruang dan kehadiran fisik yang dimiliki perempuan.
Kesimpulannya, Paris Fashion Week Fall 2025 telah menetapkan era baru dalam tren fesyen: era 'Power Curve'. Ini bukan sekadar tren mode semata, tetapi sebuah manifestasi dari evolusi pemahaman tentang femininitas, kekuatan, dan keberanian. Dengan siluet yang lebih besar, lebih kuat, dan lebih berani, tren ini diterima dengan antusias oleh dunia fesyen, menandai babak baru dalam perjalanan evolusi mode.
Berikut beberapa contoh detail dari desain 'Power Curve':
- Rok dengan struktur pinggul yang diperbesar
- Blus dengan detail frill dan peplum yang menonjol
- Setelan kulit dengan aksen di area bust dan pinggul
- Penggunaan layering dan padding untuk menciptakan volume
- Detail ruffle bertumpuk dan bolero melengkung