Minimnya SDM Hambat Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis di Seram Bagian Timur

Minimnya SDM Hambat Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis di Seram Bagian Timur

Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Provinsi Maluku, hingga saat ini belum dapat melaksanakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah pusat. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia (SDM) di bidang gizi yang sangat krusial untuk menjamin berjalannya program tersebut secara efektif dan merata. Dari sebelas kabupaten/kota di Maluku, SBT termasuk salah satu daerah yang masih tertinggal dalam implementasi program MBG, sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan gizi anak-anak usia sekolah.

Kepala Satuan Penanganan Pemenuhan Gizi Kota Ambon, Imran Wally Rahakbau, menjelaskan bahwa pelaksanaan MBG di satu kabupaten membutuhkan tenaga ahli gizi yang memadai. Kondisi geografis SBT yang terdiri dari pulau-pulau kecil semakin memperumit tantangan ini. Aksesibilitas yang terbatas membutuhkan tenaga ahli yang cukup untuk melakukan pengawasan kualitas makanan dan memastikan program berjalan optimal di seluruh wilayah. Tanpa SDM yang tercukupi, pengawasan dan distribusi bantuan makanan bergizi menjadi sulit, sehingga anak-anak di SBT masih belum dapat menikmati manfaat program ini.

Selain SBT, Kabupaten Kepulauan Aru dan Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) juga menghadapi kendala serupa dalam implementasi program MBG. Sebaliknya, beberapa daerah lain di Maluku seperti Kota Ambon, Kota Tual, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Maluku Barat Daya, Seram Bagian Barat, dan Buru Selatan telah berhasil menjalankan program tersebut. Pemerintah Provinsi Maluku, melalui Satuan Penanganan Pemenuhan Gizi Kota Ambon, saat ini tengah berupaya untuk mengatasi permasalahan ini secara bertahap.

Upaya percepatan implementasi program MBG di SBT dilakukan melalui beberapa strategi. Salah satu langkah penting adalah perekrutan tenaga ahli gizi yang sedang berlangsung. Proses perekrutan ini memanfaatkan program Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang diinisiasi oleh Badan Gizi Nasional. Para sarjana yang direkrut melalui program SPPI diharapkan dapat ditempatkan di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk SBT, untuk membantu menjalankan program-program pemerintah yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, termasuk program MBG dalam rangka mewujudkan cita-cita Indonesia Emas.

Pihak terkait optimistis bahwa dengan penambahan SDM melalui program SPPI, pelaksanaan program MBG di SBT dapat segera terealisasi. Namun, kendala geografis dan logistik tetap menjadi tantangan yang perlu diatasi untuk menjamin pemerataan akses terhadap program ini. Harapannya, dengan upaya kolaboratif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan tenaga ahli gizi yang direkrut, anak-anak di SBT dapat segera menikmati manfaat program MBG dan tumbuh sehat serta optimal.

Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program MBG di SBT meliputi:

  • Keterbatasan SDM ahli gizi.
  • Kondisi geografis yang terpencar.
  • Aksesibilitas yang terbatas.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut:

  • Perekrutan tenaga ahli gizi melalui program SPPI.
  • Implementasi program MBG secara bertahap.
  • Koordinasi antar instansi terkait.