Eksodus Kreator Komik dari Marvel: Liefeld, Starlin, dan Brubaker Ungkap Kekecewaan
Eksodus Kreator Komik dari Marvel: Kekecewaan dan Perselisihan Kontrak
Industri komik dunia tengah dihebohkan oleh serangkaian pengunduran diri kreator ternama dari Marvel Comics. Kepergian Rob Liefeld, kreator Deadpool, beberapa minggu lalu menjadi titik puncak dari serangkaian peristiwa yang mengungkap adanya ketidakpuasan mendalam di antara para kreator terhadap perlakuan Marvel Studios. Liefeld sendiri mengungkapkan kekecewaannya atas apa yang ia sebut sebagai 'perlakuan buruk' dari pihak Marvel, yang diungkapkannya pasca pemutaran perdana film Deadpool & Wolverine pada Juli 2024. Kritikan pedasnya ini bertepatan pula dengan perilisan komik Deadpool terbarunya, semakin memperkuat sinyal ketidakharmonisan di antara kedua belah pihak.
Namun, kasus Liefeld bukanlah kasus yang berdiri sendiri. Jim Starlin, pencipta ikonik Thanos, Gamora, dan Drax, juga turut menyuarakan kekecewaannya terhadap sistem kompensasi Marvel. Dalam sebuah wawancara, Starlin mengungkapkan bahwa ia menerima bayaran yang jauh lebih tinggi dari DC Comics untuk karakter K.G. Beast yang ia ciptakan untuk film Batman v Superman: Dawn of Justice (2016). Perbedaan signifikan ini menunjukkan adanya disparitas dalam perjanjian kontrak antara Marvel dan para kreatornya. Bahkan, setelah kesuksesan besar Avengers: Infinity War (2018) dan Avengers: Endgame (2019), Starlin mengaku perlu menegosiasikan kembali kesepakatannya dengan Marvel pada tahun 2021, mengingat besarnya keuntungan yang diraih Marvel dari karakter ciptaannya. Ia menyebut bahwa perjanjian tersebut memungkinkan Disney untuk lebih fleksibel dan lebih adil dalam hal pembagian keuntungan.
Senada dengan Liefeld dan Starlin, Ed Brubaker, komikus yang menghidupkan kembali karakter Bucky Barnes sebagai Winter Soldier, juga mengungkapkan ketidakpuasannya selama berkarya di Marvel Comics melalui sebuah podcast pada tahun 2021. Meskipun detail keluhannya tidak diungkapkan secara spesifik, pengakuan ini semakin memperkuat adanya pola permasalahan yang sistemik dalam hubungan antara Marvel dan para kreatornya. Ketiga kasus ini menunjukkan adanya kekhawatiran akan perjanjian kontrak yang tidak adil dan kurangnya pengakuan atas kontribusi para kreator dalam kesuksesan besar Marvel Cinematic Universe (MCU) dan karya-karya komiknya.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai etika dan transparansi dalam perjanjian kerjasama antara studio besar dengan para kreatornya. Kepergian figur-figur kunci ini bukan hanya kerugian bagi Marvel, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan industri komik, dan bagaimana para kreator dapat terlindungi dan mendapatkan penghargaan yang setimpal atas karya dan kreativitas mereka.
Ketiga kreator ini mewakili segmen penting dalam sejarah komik Marvel. Kepergian mereka memicu diskusi yang lebih luas mengenai keseimbangan kekuatan dalam industri ini, dan menuntut evaluasi mendalam atas praktik kontrak dan sistem kompensasi yang berlaku. Akankah Marvel merespon isu-isu ini dan melakukan perubahan untuk menghindari eksodus kreator lebih lanjut? Hanya waktu yang akan menjawabnya.