Putin Tegaskan Ketahanan Ekonomi Rusia di Tengah Kekhawatiran Resesi
Ketahanan Ekonomi Rusia Dipertanyakan di Tengah Konflik Ukraina
Di tengah sorotan global terhadap dampak perang di Ukraina, Presiden Vladimir Putin bersikeras bahwa ekonomi Rusia tetap kuat dan mampu beradaptasi. Dalam forum ekonomi internasional yang diadakan di St. Petersburg, Putin menanggapi skeptisisme yang berkembang mengenai kesehatan ekonomi Rusia, yang digambarkan oleh beberapa laporan sebagai "mati".
Dengan mengutip Mark Twain, Putin menyatakan bahwa "laporan tentang kematian saya sangat dibesar-besarkan," merujuk pada anggapan bahwa konflik di Ukraina telah menghancurkan ekonomi Rusia. Ia menyoroti bahwa sekitar 43% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia tidak lagi bergantung pada sektor energi dan pertahanan, yang menurutnya merupakan bukti bahwa ekonomi Rusia sedang mengalami diversifikasi.
Tantangan Inflasi dan Kebijakan Moneter
Namun, di balik pernyataan optimis Putin, terdapat kekhawatiran yang mendalam dari para pejabat dan pelaku usaha mengenai stagnasi dan potensi resesi. Inflasi tahunan Rusia saat ini berada pada 9,59%, jauh di atas target Bank Sentral sebesar 4%. Meskipun Kementerian Ekonomi mengklaim bahwa inflasi telah mulai melambat sejak April, tekanan inflasi tetap menjadi perhatian utama.
Bank Sentral Rusia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi inflasi, termasuk menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak awal tahun 2000-an pada Oktober 2024. Meskipun bank telah menurunkan suku bunga satu poin menjadi 20% pada awal Juni, Kremlin menilai bahwa langkah ini belum cukup untuk menstabilkan ekonomi.
Peringatan dari Sektor Swasta dan Pemerintah
Optimisme yang diungkapkan oleh Putin tidak sepenuhnya sejalan dengan pandangan dari dalam negeri. Menteri Ekonomi Maxim Reshetnikov sebelumnya memperingatkan bahwa Rusia berada di ambang resesi. Arah kebijakan moneter di masa depan akan sangat menentukan dalam menentukan apakah Rusia dapat menghindari resesi.
Gubernur Bank Sentral Elvira Nabiullina tetap menjabat meskipun ada kritik terhadap kebijakan suku bunga tinggi dan rubel yang tidak stabil. Putin telah menyatakan dukungannya untuk Nabiullina.
Wakil Perdana Menteri Alexander Novak telah menyerukan pelonggaran kebijakan moneter, dengan menyatakan bahwa "sudah saatnya memangkas suku bunga dan mulai mendorong pertumbuhan ekonomi." CEO Sberbank German Gref juga menyatakan keprihatinannya tentang lemahnya permintaan kredit.
"Hal yang paling mengkhawatirkan adalah kami, sebagai bank terbesar yang membiayai hampir 60 persen dari semua proyek investasi di negara ini, belum membiayai satu pun proyek baru sejak awal tahun," kata Gref.
Alexey Mordashov, pemilik mayoritas Severstal, produsen baja nasional, memperingatkan bahwa krisis kredit dapat menyebabkan gelombang kebangkrutan. Ia mencatat bahwa konsumsi baja telah turun 14 persen dalam lima bulan pertama tahun 2025.
"Pendinginan ini adalah masalah serius saat ini," kata Mordashov. "Kalau kebijakan moneter seperti sekarang terus dilanjutkan, dampak negatifnya bisa semakin besar."