Arkeolog Senior Mengundurkan Diri dari Tim Penulisan Ulang Sejarah Nasional: Sorotan pada Kontroversi Metodologi dan Potensi Bias
Proyek penulisan ulang sejarah Indonesia yang diinisiasi pemerintah menuai sorotan tajam setelah seorang arkeolog terkemuka, Profesor Harry Truman Simanjuntak dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, memutuskan untuk mengundurkan diri dari tim pengkajian. Keputusan ini didasari oleh serangkaian kekhawatiran mendalam terkait metodologi yang diterapkan, potensi intervensi penguasa, dan kecenderungan glorifikasi yang dianggap dapat mengaburkan objektivitas sejarah.
Profesor Truman, yang awalnya antusias terlibat dalam proyek ambisius ini, mengungkapkan lima poin krusial yang menjadi alasan pengunduran dirinya. Pertama, ia menyoroti perubahan terminologi yang dianggap tidak perlu, yaitu penggantian istilah "prasejarah" menjadi "sejarah awal Nusantara". Menurutnya, istilah "prasejarah" telah digunakan secara luas selama lebih dari dua abad dan secara konsisten diterapkan dalam penerbitan buku sejarah nasional di Indonesia. Perubahan ini menimbulkan pertanyaan tentang motif di balik penyusunan ulang terminologi yang telah mapan.
Kedua, Profesor Truman mengkritik kecepatan proses penyusunan yang dianggap terburu-buru. Dengan target penyelesaian pada Juni 2025, sementara persiapan baru dimulai pada akhir November tahun sebelumnya, ia meragukan kemampuan tim untuk menghasilkan karya yang komprehensif dan mendalam. Pengalamannya dalam menerbitkan buku sejarah menunjukkan bahwa proses penelitian dan penulisan biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan hingga satu dekade, seperti yang terjadi pada proyek "Indonesia Dalam Arus Sejarah (IDAS)".
Ketiga, kekhawatiran Profesor Truman tertuju pada penyusunan konsepsi penulisan buku yang dilakukan oleh editor umum atas arahan penguasa. Ia menekankan pentingnya keterlibatan aktif para sejarawan dalam merumuskan konsepsi agar sejarah tidak dipolitisasi dan disesuaikan dengan kepentingan tertentu. Menurutnya, seminar dan diskusi yang melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu sangat penting untuk menghasilkan konsepsi yang solid dan komprehensif.
Keempat, Profesor Truman menyoroti praktik penyodorkan outline jilid buku sejarah kepada para ahli. Ia berpendapat bahwa outline seharusnya disusun oleh para sejarawan dalam tim kajian, bukan oleh pihak eksternal. Praktik ini dinilai sebagai kemunduran karena mengabaikan keahlian dan perspektif para ahli sejarah yang seharusnya menjadi fondasi utama dalam penulisan sejarah.
Kelima, Profesor Truman mengkritik narasi Indonesia-sentris yang ingin diterapkan pemerintah, yang menurutnya cenderung bersifat glorifikatif dan subjektif. Ia mengingatkan bahwa ilmu pengetahuan harus menjunjung tinggi objektivitas dan rasionalitas, serta tidak hanya mengangkat hal-hal yang ingin memperlihatkan kehebatan Indonesia, tetapi juga mengakui dan menganalisis fakta sejarah secara komprehensif.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon sebelumnya menyatakan bahwa proyek penulisan ulang sejarah ini melibatkan lebih dari 100 sejarawan dari berbagai perguruan tinggi, dengan target peluncuran narasi versi terbaru pada 17 Agustus 2025, dalam rangka memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Fadli menjelaskan bahwa penulisan ulang sejarah ini bertujuan untuk menghapus bias kolonial, menegaskan perspektif Indonesia-sentris, menjawab tantangan globalisasi, memperkuat identitas nasional, dan menjadikan sejarah lebih relevan bagi generasi muda.
Kontroversi ini menyoroti kompleksitas dalam penulisan sejarah nasional, terutama ketika melibatkan kepentingan politik dan ideologis. Pengunduran diri Profesor Truman menjadi peringatan penting tentang perlunya menjaga independensi, objektivitas, dan profesionalisme dalam proses penulisan sejarah, serta memastikan bahwa sejarah tidak hanya menjadi alat untuk membangun narasi kebangsaan yang glorifikatif, tetapi juga sebagai sarana untuk memahami masa lalu secara kritis dan komprehensif.