Anemia Defisiensi Besi Mengintai Generasi Muda: Dampak Jangka Panjang Bagi Tumbuh Kembang Anak
Anemia, khususnya anemia defisiensi besi, masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, terutama pada kelompok usia anak-anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti tingginya prevalensi kondisi ini dan potensi dampaknya yang merugikan bagi tumbuh kembang anak dalam jangka panjang.
Menurut data dari IDAI, prevalensi anemia pada anak usia di bawah lima tahun mencapai angka yang mengkhawatirkan, yaitu 38,5 persen. Ironisnya, separuh dari kasus anemia ini disebabkan oleh kekurangan zat besi. Studi yang dilakukan di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, bahkan menunjukkan angka yang lebih tinggi, dengan 47,4 persen anak usia 0 hingga 12 bulan menderita anemia defisiensi besi.
Dampak Anemia Defisiensi Besi pada Anak
Kekurangan zat besi pada anak dapat memicu serangkaian masalah kesehatan yang serius dan berkelanjutan. Dampak yang paling mengkhawatirkan adalah gangguan pada perkembangan motorik, penurunan kemampuan kognitif, masalah perilaku, serta gangguan pendengaran dan penglihatan. Lebih jauh lagi, anemia defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan mielinisasi di otak, sebuah proses penting dalam pembentukan selubung saraf yang bersifat irreversible atau tidak dapat dipulihkan.
Anemia defisiensi besi juga dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam berinteraksi dan berprestasi di lingkungan sosial dan pendidikan. Anak-anak yang menderita anemia cenderung memiliki performa yang lebih rendah dibandingkan dengan teman-teman seusianya yang sehat. Hal ini pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas mereka di masa depan dan berdampak negatif pada kualitas sumber daya manusia Indonesia secara keseluruhan.
Mengenali Gejala Anemia Defisiensi Besi
Mewaspadai gejala anemia defisiensi besi pada anak sangat penting agar penanganan dapat dilakukan sedini mungkin. Beberapa gejala yang perlu diperhatikan antara lain:
- Rewel tanpa sebab yang jelas
- Letih, lesu, dan lemah
- Jantung berdebar-debar
- Kurang aktif bermain
- Pucat pada kelopak mata bagian dalam, selaput mata, telapak tangan, telapak kaki, dan bibir
Selain itu, gejala khas anemia yang juga perlu diwaspadai adalah lidah yang tampak mulus dan kuku yang melengkung ke atas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa anak usia 6 bulan hingga 5 tahun didiagnosis menderita anemia jika kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 11 gram per desiliter (g/dl). Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk secara rutin memeriksakan kesehatan anak mereka dan berkonsultasi dengan dokter jika menemukan gejala-gejala yang mengarah pada anemia defisiensi besi.
Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, dampak negatif anemia defisiensi besi pada tumbuh kembang anak dapat diminimalkan, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas.