Lonjakan Pengunjung Warnai Libur Sekolah di Kampung Inggris Kediri

markdown Libur sekolah membawa berkah bagi Kampung Inggris di Kediri, Jawa Timur. Kawasan yang dikenal sebagai pusat pembelajaran bahasa asing ini mengalami lonjakan pengunjung, didominasi oleh pelajar dari berbagai daerah.

Kampung Inggris, yang memiliki sekitar 165 lembaga kursus, menawarkan beragam pilihan bahasa, mulai dari bahasa Inggris yang paling populer, hingga bahasa Arab, Mandarin, dan Perancis. Selama musim liburan, lembaga-lembaga ini berlomba-lomba menyajikan program short course yang intensif dan menarik, berbeda dari program reguler yang berjalan sepanjang tahun.

Arsyad Naufal Ngadiono, Dewan Pengawas Forum Kampung Bahasa (FKB), memperkirakan peningkatan signifikan jumlah pengunjung. "Puncak kunjungan diperkirakan terjadi minggu depan, dengan potensi mencapai 10.000 pelajar," ujarnya.

Data FKB mencatat, pada tahun 2024, Kampung Inggris telah menarik minat 67.526 peserta kursus, baik untuk program reguler maupun program liburan. Hal ini menunjukkan daya tarik kawasan ini sebagai destinasi belajar bahasa yang efektif dan menyenangkan.

Metode pembelajaran di Kampung Inggris terus berkembang. Selain metode konvensional di kelas dan model asrama yang menekankan praktik percakapan sehari-hari, kini muncul inovasi baru yang menggabungkan pembelajaran bahasa dengan wisata. Program ini dirancang untuk peserta yang ingin belajar bahasa sambil menjelajahi potensi wisata Kediri. Program ini terbuka bagi calon pemandu wisata dan juga wisatawan yang ingin meningkatkan kemampuan berbahasa.

Arsyad Naufal Ngadiono, melalui lembaganya Master Bahasa, menjadi salah satu pelopor program inovatif ini. "Kami mengajak peserta untuk mengeksplorasi keindahan wisata Kediri," jelasnya.

Ketertarikan terhadap Kampung Inggris juga dirasakan oleh rombongan pelajar dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatun Najah, Tuban. Mereka memilih Kampung Inggris sebagai destinasi belajar bahasa Inggris selama satu minggu.

Rohmana Najihah, guru pendamping dari MI Hidayatun Najah, mengungkapkan bahwa program ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan melatih kemandirian siswa. "Selama seminggu, anak-anak belajar hidup mandiri jauh dari rumah. Ini pengalaman positif yang membekas," ujarnya.

Jihan, sapaan akrab Rohmana, juga mengapresiasi capaian dan pelayanan selama pembelajaran. Meskipun singkat, siswa dapat belajar bahasa Inggris secara maksimal karena tinggal di asrama dengan lingkungan dan tutor yang mendukung. "Pelayanan lainnya, seperti makanan, juga memuaskan," tambahnya.

Kampung Inggris memiliki sejarah panjang. Dimulai pada tahun 1977 oleh Mr. Kalend Osen dengan mendirikan Basic English Course (BEC). Kemudian, para alumni BEC terinspirasi untuk mendirikan lembaga kursus lainnya, yang akhirnya meluas dan menawarkan berbagai pilihan bahasa.