Eskalasi Konflik Israel-Iran: Penerbangan Internasional ke Tel Aviv Dibatalkan Massal

Ketegangan yang meningkat antara Israel dan Iran telah memicu kekhawatiran global, terutama dalam industri penerbangan. Sejumlah maskapai penerbangan internasional mengambil langkah drastis dengan membatalkan penerbangan menuju Israel dan menghindari wilayah udara Timur Tengah yang semakin bergejolak.

Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap aksi saling serang antara kedua negara. Israel dilaporkan meluncurkan serangan rudal ke Iran, yang kemudian dibalas oleh Teheran dengan meluncurkan pesawat tanpa awak (drone) ke wilayah Israel. Serangan Israel dikabarkan menyasar fasilitas nuklir Iran, meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih luas.

Delta Air Lines, salah satu maskapai penerbangan utama Amerika Serikat, mengumumkan penangguhan layanan penerbangan ke Tel Aviv hingga bulan September. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Delta baru saja membuka kembali rute tersebut pada 20 Mei 2025, dan bahkan berencana meningkatkan frekuensi penerbangan dari New York menjadi dua kali sehari untuk memenuhi permintaan yang tinggi selama musim dingin.

United Airlines, maskapai AS lainnya, juga mengikuti jejak Delta dengan menangguhkan penerbangan ke Tel Aviv hingga 31 Juli. Pihak manajemen United menyatakan bahwa keselamatan pelanggan dan kru menjadi prioritas utama dalam pengambilan keputusan ini, dan akan melakukan evaluasi lebih lanjut sebelum kembali beroperasi.

Setelah serangan udara Israel, kedua maskapai tersebut mengalihkan penerbangan yang menuju Tel Aviv dan memutar baliknya di atas Samudra Atlantik menuju New York. United Airlines bahkan memulangkan 26 anggota kru yang sedang menjalani masa singgah di Israel menggunakan maskapai nasional Israel, EL AL.

Namun, EL AL sendiri juga tidak luput dari dampak konflik ini. Maskapai penerbangan nasional Israel tersebut telah menangguhkan seluruh layanannya. "Sehubungan dengan perkembangan situasi keamanan terbaru, dan berdasarkan instruksi dari otoritas keamanan dan penerbangan negara terkait penutupan wilayah udara Israel, seluruh penerbangan EL AL dan Sundor untuk sementara dihentikan," demikian pernyataan resmi dari EL AL.

Maskapai tersebut juga mengumumkan bahwa tidak akan menerima pemesanan hingga akhir Juni dan mengimbau para penumpang untuk tidak datang ke Bandara Ben Gurion, Tel Aviv. Penerbangan yang sedang dalam perjalanan menuju Israel dialihkan ke bandara-bandara lainnya. EL AL juga menyarankan kepada pelanggan yang saat ini berada di luar negeri untuk mengatur akomodasi hingga ada perubahan kebijakan keamanan.

Selain maskapai-maskapai Amerika Serikat dan Israel, Turkish Airlines dan Wizz Air, maskapai berbiaya rendah asal Eropa, juga menangguhkan penerbangan ke Israel. Lufthansa, maskapai penerbangan asal Jerman, mengumumkan penangguhan layanan ke Tel Aviv dan Teheran hingga 31 Juli, serta penerbangan ke Yordania dan Lebanon hingga 20 Juni.

Emirates, maskapai penerbangan asal Dubai, juga membatalkan penerbangan ke Irak, Yordania, Lebanon, dan Iran. Maskapai-maskapai tersebut menawarkan voucher perjalanan dan membebaskan biaya perubahan jadwal kepada penumpang yang terdampak.

Meningkatnya konflik militer di Timur Tengah dan Ukraina telah memaksa maskapai-maskapai dunia untuk berulang kali mengubah jalur penerbangan menjadi lebih panjang dan mahal demi menghindari zona konflik. Situasi ini menimbulkan tantangan besar bagi industri penerbangan global, yang harus beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan tidak terduga untuk memastikan keselamatan penumpang dan kru.