Industri Motor Listrik Terguncang: Penjualan Merosot Akibat Kebijakan Subsidi yang Tidak Jelas

Penurunan Penjualan Motor Listrik Mengkhawatirkan Industri

Penjualan motor listrik di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan hingga kuartal I tahun 2025, memicu kekhawatiran di kalangan produsen. Data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) mengungkapkan bahwa penurunan terdalam terjadi pada anggota asosiasi. Kondisi ini mengindikasikan adanya tantangan besar bagi pertumbuhan industri kendaraan listrik di tanah air.

Menurut Commercial Director Polytron, Tekno Wibowo, pasar motor listrik masih menghadapi kesulitan, meskipun ada sedikit peningkatan pada kuartal II tahun 2025. "Kuartal II sedikit lebih baik dibandingkan Kuartal I tahun ini, tetapi year-to-date masih turun 40%," ujar Tekno.

Ketidakpastian Subsidi Jadi Faktor Utama

Tekno Wibowo menjelaskan bahwa ketidakpastian mengenai kelanjutan program subsidi menjadi penyebab utama penurunan penjualan. Konsumen cenderung menunda pembelian dengan harapan mendapatkan insentif sebesar Rp7 juta. Kondisi ini menciptakan pasar yang lesu dan menghambat pertumbuhan industri motor listrik.

"Ketidakpastian subsidi menjadi faktor terbesar penurunan ini karena banyak konsumen yang menunda pembelian dengan harapan bisa mendapatkan subsidi Rp7 juta," jelasnya. Dampaknya, produsen harus mencari cara untuk tetap menarik minat konsumen di tengah ketidakpastian ini.

Strategi Produsen untuk Bertahan

Menghadapi situasi sulit ini, Polytron mengambil langkah strategis dengan memberikan diskon besar-besaran. Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar penjualan tetap berjalan meski tanpa dukungan subsidi dari pemerintah. "Secara strategi, kami memberikan diskon untuk menarik konsumen membeli motor listrik meskipun tidak ada subsidi. Saat ini, beberapa model bisa dibeli dengan diskon hingga Rp7 juta," kata Tekno.

Selain memberikan diskon, Polytron juga mendesak pemerintah untuk segera memberikan kejelasan mengenai kebijakan subsidi. Kepastian ini sangat penting bagi produsen untuk menyusun perencanaan penjualan yang lebih akurat. "Harapan kami sebagai produsen adalah kepastian ada atau tidaknya [subsidi], sehingga kami bisa membuat rencana penjualan yang lebih akurat. Jika pemerintah memang belum bisa memberikan subsidi, sebaiknya diumumkan secara luas sehingga konsumen tidak lagi menunda pembelian, demikian juga sebaliknya," tambahnya.

Dampak Penghentian Subsidi dan Lemahnya Daya Beli

Sekretaris Jenderal Aismoli, Hanggoro, juga mengakui bahwa penghentian subsidi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tren negatif ini. "Kalau kita bandingkan dengan dua tahun terakhir saat masih ada bantuan, jelas penurunan ini cukup terasa. Mungkin karena sekarang insentif itu sudah tidak ada," ujarnya.

Selain itu, lemahnya daya beli masyarakat juga memperburuk situasi. Namun, Aismoli tetap optimis bahwa pasar motor listrik akan pulih secara perlahan. "Kami cukup optimis ini akan recovery, walaupun mungkin pelan," kata Hanggoro.

Inovasi dan Strategi Pemasaran yang Lebih Agresif

Kondisi pasar yang tidak menentu ini memaksa produsen motor listrik untuk berinovasi lebih agresif dalam strategi pemasaran mereka. "Ketidakpastian regulasi jelas sangat memengaruhi strategi industri. Teman-teman di Aismoli dituntut untuk lebih kreatif dan aktif dalam mengembangkan cara pemasaran masing-masing," ucapnya.

Beberapa strategi yang mungkin dilakukan oleh produsen antara lain:

  • Mengembangkan model motor listrik dengan harga yang lebih terjangkau.
  • Menawarkan program cicilan yang lebih ringan.
  • Memperluas jaringan penjualan dan pelayanan purna jual.
  • Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat motor listrik.
  • Berkolaborasi dengan pihak lain, seperti perusahaan transportasi online atau pengembang properti.

Dengan inovasi dan strategi pemasaran yang tepat, diharapkan industri motor listrik di Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan kembali tumbuh di masa depan.