Jetstar Asia Gulung Tikar Akhir Juli 2025 Akibat Tekanan Biaya, Penumpang Berhak atas Pengembalian Dana

Setelah dua dekade beroperasi di langit Asia, maskapai penerbangan bertarif rendah Jetstar Asia mengumumkan penghentian permanen seluruh layanannya mulai 31 Juli 2025. Keputusan berat ini diumumkan oleh CEO Jetstar Group, Stephanie Tully, dan dipicu oleh beban biaya operasional yang terus meningkat di Singapura.

Melalui keterangan resmi, Tully menjelaskan bahwa lonjakan signifikan pada berbagai komponen biaya seperti bahan bakar, biaya bandara, layanan penanganan darat, serta peningkatan biaya keamanan telah membuat operasional Jetstar Asia menjadi tidak berkelanjutan. Kondisi ini diperparah dengan ketatnya persaingan di pasar penerbangan intra-Asia pasca-pandemi, yang menekan harga tiket dan mengurangi margin keuntungan maskapai.

Berikut adalah daftar rute yang sebelumnya dilayani oleh Jetstar Asia:

  • Jakarta
  • Surabaya
  • Medan
  • Denpasar
  • Labuan Bajo

Maskapai ini mengakui hanya mampu mencatatkan keuntungan selama enam tahun sejak didirikan. Pada tahun 2025, anak perusahaan Qantas Airways ini diperkirakan akan mengalami kerugian operasional sebesar 35 juta dollar Australia. Sementara itu Qantas Group memperkirakan akan mencatat kerugian satu kali senilai 175 juta dollar Australia akibat penutupan ini.

Sebagai konsekuensi dari penghentian operasional ini, sekitar 500 karyawan Jetstar Asia akan terkena dampak pemutusan hubungan kerja (PHK). Armada yang terdiri dari 13 pesawat Airbus A320 akan dialihkan ke pasar Australia dan Selandia Baru untuk menggantikan pesawat sewaan milik Qantas.

Manajemen Jetstar Asia telah memberikan jaminan bahwa seluruh penumpang yang terdampak akan menerima pengembalian dana tiket (refund) secara penuh. Penumpang juga akan diberikan opsi untuk dialihkan ke penerbangan lain dalam jaringan Qantas Group, jika memungkinkan.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memberikan tanggapan terkait penutupan Jetstar Asia. Kemenhub meminta maskapai untuk memenuhi seluruh kewajibannya kepada konsumen di Indonesia, termasuk proses pengembalian dana tiket. Selain itu, Kemenhub juga akan memproses pengembalian slot penerbangan dan izin rute yang sebelumnya dimiliki oleh Jetstar Asia di Indonesia.

Di tengah restrukturisasi ini, Qantas Group tetap optimis terhadap prospek pasar penerbangan di kawasan Asia dan Australia. Grup ini berencana menginvestasikan dana sekitar 500 juta dollar Australia untuk peremajaan armada di pasar domestik Australia dan Selandia Baru, menandakan komitmen jangka panjang mereka di wilayah tersebut.