Jejak Sejarah: Lima Penyakit Kuno yang Masih Relevan di Era Modern
Sejarah mencatat, berbagai penyakit telah menemani perjalanan peradaban manusia selama berabad-abad. Beberapa di antaranya, meskipun telah berusia ribuan tahun, masih menjadi tantangan kesehatan global, termasuk di Indonesia. Penyakit-penyakit ini menyimpan kisah panjang tentang perjuangan manusia melawan infeksi dan upaya ilmu pengetahuan untuk menemukan solusi. Mari kita telusuri lima penyakit kuno yang jejaknya masih terasa hingga kini.
Malaria: Momok dari Zaman Batu
Malaria, penyakit yang disebabkan oleh parasit dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, telah menjadi pembunuh senyap selama ribuan tahun. Bahkan, The Wall Street Journal melaporkan bahwa malaria bertanggung jawab atas separuh kematian manusia sejak Zaman Batu. Catatan paling awal tentang penyakit ini ditemukan dalam "Nei Ching" atau "Kanon Kedokteran" Tiongkok, sekitar tahun 2700 SM. Upaya penanggulangan malaria telah dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari metode tradisional seperti menambahkan minyak ke genangan air untuk mematikan larva nyamuk hingga solusi modern seperti penggunaan pestisida, vaksin, kelambu berinsektisida, dan teknologi laser. Di Indonesia, malaria masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan, terutama di wilayah timur seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur, meskipun program eliminasi terus diintensifkan.
Tuberkulosis (TBC): Warisan Ribuan Tahun
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bukti keberadaan TBC ditemukan pada sisa-sisa kerangka kuno, mumi, dan catatan tertulis dari berbagai peradaban kuno, termasuk Mesir, India, dan Cina. Arkeolog menemukan kuman TBC pada sisa-sisa seorang ibu dan anak di Atlit Yam, kota yang tenggelam di lepas pantai Israel, yang berusia 9.000 tahun. Hingga saat ini, TBC masih menjadi masalah kesehatan yang besar di Indonesia, dengan perkiraan satu juta kasus baru setiap tahun.
Rabies: Ancaman dari Masa Lalu
Rabies, penyakit virus yang menyerang sistem saraf pusat, telah dikenal sejak 2300 SM. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi, seperti anjing, kucing, dan kelelawar. Meskipun kasus rabies pada manusia jarang terjadi di negara-negara maju, penyakit ini masih menjadi ancaman serius di banyak negara berkembang. Kisah Jeanna Giese, seorang remaja yang selamat dari rabies tanpa vaksinasi pada tahun 2004, menjadi bukti kemajuan medis yang luar biasa dalam penanganan penyakit ini. Di Indonesia, rabies masih menjadi perhatian, terutama di provinsi-provinsi yang belum bebas rabies, dengan kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) yang masih dilaporkan.
Trakoma: Berakhirnya Penyakit yang Menyebabkan Kebutaan
Trakoma adalah infeksi mata kronis yang dapat menyebabkan kebutaan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis dan menyebar melalui kontak langsung dengan mata, kelopak mata, dan hidung orang yang terinfeksi. Catatan mengenai trakoma dapat ditemukan dalam karya Hipokrates dan papirus Ebers Mesir. Tokoh-tokoh sejarah seperti Aetius, Paulus Aeginetus, Alexander, Trailaus, Horace, dan Cicero dilaporkan menderita penyakit ini. Kabar baiknya, berkat upaya kesehatan masyarakat dan program eliminasi global, Indonesia telah dinyatakan bebas trakoma oleh WHO pada tahun 2023.
Kusta: Stigma dan Harapan
Kusta, atau penyakit Hansen, adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bukti penyakit kusta ditemukan dalam teks-teks kuno dan sisa-sisa kerangka yang berasal dari ribuan tahun lalu. Penyakit ini diyakini berasal dari India dan menyebar ke berbagai wilayah di dunia. Meskipun jumlah kasus kusta telah menurun drastis secara global, penyakit ini masih ditemukan di Indonesia. Upaya deteksi dini dan pengobatan terus dilakukan untuk mencapai eliminasi total kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat.
Kelima penyakit ini adalah bukti nyata bahwa tantangan kesehatan yang dihadapi manusia telah ada sejak lama. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah penyakit-penyakit ini, kita dapat lebih efektif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan di masa depan.