Tradisi Yaumul Khullaif: Perempuan Makkah Penuhi Masjidil Haram Saat Puncak Haji
Saat jutaan umat Muslim dari seluruh dunia melaksanakan rukun Islam kelima di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), Masjidil Haram di Makkah tidaklah sepi. Sebuah tradisi unik bernama Yaumul Khullaif hadir untuk memastikan rumah Allah tersebut tetap ramai dengan aktivitas ibadah.
Yaumul Khullaif, yang secara harfiah berarti 'hari pengganti,' merupakan tradisi tahunan yang dijalankan oleh perempuan Makkah setiap tanggal 9 hingga 10 Dzulhijjah, bertepatan dengan puncak ibadah haji. Istilah "Khullaif" berasal dari kata "Takhallaf" dalam bahasa Arab, yang bermakna 'tertinggal' atau 'gagal melakukan sesuatu.' Namun, dalam konteks ini, istilah tersebut merujuk pada peran perempuan Makkah yang mengambil alih 'kekosongan' Masjidil Haram yang ditinggalkan oleh para jemaah haji.
Ketika para pria Makkah sibuk menunaikan ibadah haji atau terlibat dalam pelayanan para jemaah di Armuzna, para perempuan Makkah, bersama anak-anak dan lansia, berbondong-bondong menuju Masjidil Haram. Tujuan mereka adalah untuk melaksanakan tawaf, salat, dan berbagai ibadah lainnya, sehingga Masjidil Haram tidak pernah benar-benar sepi.
Para perempuan Makkah ini biasanya menghabiskan waktu seharian penuh di Masjidil Haram, mulai dari pagi hingga setelah salat Isya. Mereka tidak hanya beribadah, tetapi juga turut serta dalam menjaga dan merawat kebersihan Masjidil Haram. Bahkan, mereka tak segan untuk membersihkan area-area tertentu di dalam masjid.
Pada Hari Arafah, hari paling utama dalam rangkaian ibadah haji, para perempuan Makkah juga berperan aktif dalam melayani para pengunjung Masjidil Haram. Mereka menyiapkan dan membagikan makanan untuk berbuka puasa bagi mereka yang menjalankan sunah puasa Arafah.
Pemandangan yang khas selama Yaumul Khullaif adalah lautan abaya hitam yang dikenakan oleh para perempuan Makkah, kontras dengan pakaian ihram putih yang dikenakan oleh para jemaah haji. Kehadiran mereka menjadi simbol komitmen untuk menjaga kesucian dan kemakmuran Masjidil Haram.
Keyakinan kuat bahwa Masjidil Haram tidak boleh sepi dari jemaah mendorong para perempuan Makkah untuk terus melestarikan tradisi Yaumul Khullaif. Di masa lalu, mereka juga dikenal karena kedermawanan mereka dalam membantu para lansia, menyediakan air, makanan, dan merawat rumah mereka. Semangat gotong royong dan pengabdian ini kini mereka wujudkan di Masjidil Haram, menjadikannya tradisi tahunan yang penuh makna selama musim haji.