Waspada Gelombang Covid-19: Masyarakat Acuhkan Protokol Kesehatan, Ahli Ingatkan Risiko

Meningkatnya aktivitas masyarakat di ruang publik diiringi dengan penurunan kesadaran terhadap protokol kesehatan memicu kekhawatiran akan potensi lonjakan kasus Covid-19. Padahal, para ahli kesehatan terus mengingatkan bahwa pandemi belum sepenuhnya usai dan virus masih berpotensi mengancam.

Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menyoroti perubahan perilaku masyarakat yang mulai mengabaikan kebiasaan hidup bersih dan sehat. Ia menyayangkan anggapan bahwa mencuci tangan dan menggunakan masker adalah tindakan yang ketinggalan zaman. Padahal, langkah-langkah sederhana ini tetap relevan, tidak hanya untuk mencegah penularan Covid-19, tetapi juga penyakit lainnya.

Pentingnya Kewaspadaan Dini

Dicky Budiman menekankan pentingnya respons cepat dan terkoordinasi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, terhadap potensi ancaman Covid-19. Ia menilai surat edaran kewaspadaan dari pemerintah sebagai alarm yang harus disikapi dengan serius, bukan diabaikan. Kondisi saat ini, menurutnya, mencerminkan lemahnya sistem deteksi dini.

"Di masa pandemi saja tidak semasif dengan proporsi penduduk kita yang besar, apalagi sekarang. Artinya kasus-kasus yang ada kan itu jelas cerminan dari fenomena gunung es ya," ujar Dicky.

Ia menambahkan, masyarakat juga memiliki peran krusial dalam merespons situasi ini dengan meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan diri dan lingkungan.

Varian Baru dan Mobilitas Tinggi

Dicky Budiman menyoroti potensi penyebaran varian virus baru seperti JN-1 atau BN-181, yang sulit dicegah sepenuhnya mengingat tingginya mobilitas manusia. Perilaku masyarakat yang mulai mengabaikan protokol kesehatan semakin memperburuk risiko penyebaran virus.

Data Kasus Covid-19 Terkini

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat adanya 7 kasus Covid-19 pada minggu ke-22 tahun 2025, tepatnya 25–31 Mei. Positivity rate nasional pada periode tersebut adalah 2,05 persen. Puncak positivity rate tertinggi tahun ini terjadi pada minggu ke-19, mencapai 3,62 persen. Peningkatan kasus signifikan terdeteksi di tiga provinsi, yaitu Banten, Jakarta, dan Jawa Timur.

Di Jakarta Timur, dilaporkan dua kasus Covid-19 selama bulan Mei 2025. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Herwin Meifendy, mengonfirmasi bahwa kedua pasien telah pulih. Meskipun positivity rate di wilayahnya relatif rendah, yaitu 1,7 persen, ia tetap mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Kewaspadaan harus tetap ditingkatkan mengingat negara tetangga saat ini terjadi peningkatan Covid-19," kata Herwin.