Pertemuan Gibran-Megawati di Hari Pancasila: Sinyal Redanya Ketegangan Pasca Pilpres 2024?

Pertemuan antara tokoh sentral politik nasional, Megawati Soekarnoputri dan Gibran Rakabuming Raka, di sela-sela peringatan Hari Pancasila di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, menjadi pusat perhatian publik. Interaksi keduanya, yang bahkan disebut diwarnai canda dan obrolan ringan oleh Ketua MPR RI Ahmad Muzani, memunculkan berbagai spekulasi mengenai dinamika hubungan politik terkini.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, memberikan analisisnya terkait momen tersebut. Menurutnya, pertemuan ini bisa diinterpretasikan sebagai indikasi meredanya tensi politik pasca-Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. "Ini bisa menjadi sinyal bahwa residu Pilpres 2024 secara perlahan mulai berkurang. Konfrontasi dan friksi politik akibat pemilu 2024 tidak lagi sekuat sebelumnya," ungkap Adi.

Adi Prayitno menambahkan bahwa ketegangan antara Megawati Soekarnoputri dan keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampaknya mulai mencair seiring berjalannya waktu. Hampir setahun pasca-pilpres, konflik politik antara PDIP, Gibran, dan keluarga Jokowi tidak lagi mencapai intensitas seperti saat kampanye.

Kendati demikian, Adi Prayitno menekankan bahwa keakraban yang terlihat antara Megawati dan Gibran tidak akan menyelesaikan semua permasalahan yang ada. Pemecatan Gibran dan keluarganya dari PDIP tetap menjadi fakta yang tidak bisa diubah. "Keakraban dan candaan ini hanya bahasa politik di permukaan, yang mengesankan bahwa hubungan keduanya tidak setegang dulu. Namun, secara prinsip, ini tidak akan mengubah apapun," tegas Adi. Ia menambahkan bahwa PDIP tidak akan serta merta memaafkan atau membuka pintu bagi Gibran dan keluarganya untuk kembali menjadi bagian dari partai.

Adi Prayitno juga berpendapat bahwa dalam beberapa tahun ke depan, PDIP tidak mungkin mengusung Gibran sebagai calon presiden. Baginya, PDIP tidak hanya fokus pada kemenangan dalam pilpres, tetapi juga pada menjaga marwah partai. "Sangat sulit melihat PDIP membuka pintu kembali kepada Gibran, apalagi mengusungnya di pilpres mendatang. Namun, mungkin saja dalam 15 atau 20 tahun lagi, ketika kader PDIP sudah melupakan manuver 2024, mereka bisa memaafkan," jelas Adi.

Seperti diketahui, hubungan antara Megawati Soekarnoputri dan keluarga Joko Widodo sempat memanas, terutama setelah Gibran maju sebagai calon wakil presiden dari Prabowo Subianto pada Pilpres 2024, sementara PDIP mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Akibatnya, PDIP memutuskan untuk memecat Jokowi dan keluarganya, termasuk Gibran, dari keanggotaan partai.