Analisis Pengamat: Keakraban Megawati-Gibran di Tengah Kompleksitas Hubungan dengan Jokowi

Jakarta - Pertemuan antara Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam peringatan Hari Lahir Pancasila baru-baru ini menarik perhatian publik. Meskipun terlihat hangat dan akrab, pengamat politik Agung Baskoro dari Trias Politika Strategis menilai bahwa keakraban ini tidak serta merta mencerminkan perbaikan hubungan yang menyeluruh.

Agung menjelaskan bahwa persoalan utama yang dihadapi PDI-P bukanlah dengan Gibran secara personal, melainkan dengan Presiden Joko Widodo. Menurutnya, Gibran tidak memiliki kekuatan penuh saat Pilpres 2024 berlangsung sehingga permasalahan yang muncul lebih banyak terkait dengan dinamika politik yang lebih luas. Ia menambahkan, hubungan Megawati dan Gibran secara pribadi baik-baik saja.

Agung berpendapat bahwa menjembatani perbedaan antara Megawati dan Jokowi akan menjadi tugas yang jauh lebih rumit dibandingkan dengan mendamaikan hubungan antara Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kompleksitas ini menjadi tantangan tersendiri bagi PDI-P dalam menentukan arah politiknya ke depan.

Lebih lanjut, Agung menyatakan bahwa jika PDI-P memutuskan untuk bergabung atau menjadi mitra strategis pemerintah Prabowo Subianto, keputusan tersebut tidak semata-mata dipengaruhi oleh keberadaan Gibran di pemerintahan. Faktor-faktor lain seperti dinamika politik internal dan kasus hukum yang mungkin mempengaruhi PDI-P menjelang kongres partai juga akan menjadi pertimbangan utama.

Meski demikian, Agung mengapresiasi sikap Megawati dan Gibran yang menunjukkan kedewasaan dalam berdemokrasi. Kehadiran mereka dalam acara formal kenegaraan dan interaksi yang positif mengirimkan pesan penting kepada masyarakat bahwa para pemimpin bangsa dapat menjaga kerukunan dan bersikap dewasa dalam perbedaan pandangan politik.

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, sebelumnya mengungkapkan bahwa Megawati dan Gibran sempat berbincang dan bercanda bersama sebelum upacara peringatan Hari Lahir Pancasila dimulai. Suasana akrab ini juga disaksikan oleh sejumlah pejabat lain, termasuk Prabowo Subianto.

Muzani menggambarkan suasana di ruang tunggu sebelum upacara berlangsung sangat ramai dan penuh keakraban. Selain Megawati, hadir pula tokoh-tokoh penting lainnya seperti Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno dan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla.

Dengan demikian, keakraban antara Megawati dan Gibran dapat dilihat sebagai sinyal positif di permukaan, namun esensi permasalahan yang lebih dalam terletak pada hubungan antara Megawati dan Jokowi yang membutuhkan upaya lebih besar untuk didamaikan.