Saksi Perundungan: Peran Penting Dukungan dan Pelaporan untuk Korban
Saksi Perundungan: Peran Penting Dukungan dan Pelaporan untuk Korban
Perundungan di kalangan pelajar, baik anak-anak maupun remaja, menjadi isu yang semakin meresahkan. Melihat seorang teman menjadi korban perundungan bukan hanya sekadar menyaksikan peristiwa; hal ini menuntut tindakan nyata dan bijaksana dari para saksi. Tanggung jawab moral dan sosial menuntut kita untuk ikut campur dan memberikan bantuan yang tepat bagi korban. Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si, psikolog klinis anak dan keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI), memberikan panduan komprehensif mengenai langkah-langkah efektif yang dapat diambil.
Langkah pertama dan terpenting adalah melaporkan kejadian perundungan kepada pihak yang berwenang. Di lingkungan sekolah, ini bisa berupa guru bimbingan konseling, kepala sekolah, wali kelas, atau guru-guru yang bertanggung jawab. Pelaporan yang cepat dan tepat akan membantu proses penanganan perundungan dan memberikan perlindungan bagi korban. Jangan ragu untuk melaporkan, meskipun terlihat sepele, tindakan ini dapat berdampak besar bagi keselamatan dan kesejahteraan korban.
Selain pelaporan, memberikan dukungan psikologis awal (psychological first aid) sangat krusial. Ini sejalan dengan program pemerintah, Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP). Langkah praktisnya adalah dengan memperhatikan kondisi korban. Apakah korban terlihat sangat tertekan? Jika iya, berikan kenyamanan fisik seperti mengajaknya ke tempat yang lebih aman, memberikan minuman, atau bahkan memapahnya jika diperlukan. Prioritaskan keselamatan dan kenyamanan fisik korban di tahap awal.
Selanjutnya, berikan dukungan emosional. Bersikaplah sebagai pendengar yang baik dan empati. Berikan ruang bagi korban untuk menceritakan pengalaman mereka tanpa menghakimi atau menginterupsi. Hindari memberikan penilaian atau komentar yang dapat memperburuk kondisi psikologis korban. Ucapkan kalimat-kalimat dukungan seperti, "Aku ada untukmu," atau "Aku mendengarkanmu." Kehadiran dan empati kita sebagai teman sangat berarti bagi mereka yang tengah berjuang melawan dampak traumatis perundungan.
Ingatlah bahwa peran saksi tidak hanya terbatas pada melaporkan kejadian dan memberikan dukungan langsung. Saksi juga berperan penting dalam mencegah perundungan berulang. Ajakan untuk tidak terlibat dalam tindakan perundungan dan dukungan pada korban dapat menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan inklusif. Lebih jauh, edukasi dan sosialisasi mengenai bahaya perundungan serta pentingnya sikap anti-perundungan perlu ditingkatkan di sekolah dan komunitas.
Kesimpulannya, menyaksikan perundungan bukan hanya soal menjadi penonton pasif. Kita memiliki kewajiban moral dan sosial untuk bertindak. Dengan langkah-langkah tepat, mulai dari pelaporan hingga dukungan psikologis dan emosional, kita bisa memberikan pertolongan yang efektif bagi korban dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari perundungan.