Iran Kembali Tegaskan Penolakan Terhadap Senjata Nuklir di Tengah Ketegangan Global

Pemerintah Iran kembali menegaskan sikapnya yang menolak pengembangan dan kepemilikan senjata nuklir. Penegasan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, di tengah berlangsungnya negosiasi kompleks dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat terkait program nuklirnya. Pernyataan ini menggarisbawahi posisi lama Iran yang secara konsisten menolak senjata pemusnah massal tersebut.

Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, telah lama mencurigai Iran berupaya mengembangkan kemampuan senjata nuklir, yang diduga untuk mengimbangi kekuatan militer Israel, musuh bebuyutan Iran di kawasan tersebut. Kecurigaan ini menjadi salah satu pendorong utama sanksi ekonomi yang telah lama diterapkan terhadap Iran.

"Jika masalahnya adalah senjata nuklir, maka kami juga menganggap jenis senjata ini tidak dapat diterima," tegas Araghchi dalam pidato yang disiarkan oleh televisi nasional. Araghchi, yang juga merupakan negosiator utama Iran dalam perundingan nuklir, menambahkan bahwa Iran sepakat dengan negara-negara lain tentang isu tersebut.

Saat ini, Iran dan Amerika Serikat sedang berupaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Kesepakatan ini sebelumnya dicabut oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada tahun 2018. Sejak saat itu, Iran secara bertahap melanggar batasan-batasan yang ditetapkan dalam JCPOA sebagai bentuk protes atas sanksi yang diberlakukan kembali oleh Amerika Serikat.

Perundingan antara Iran dan Amerika Serikat telah berlangsung selama lima putaran, namun belum membuahkan hasil yang signifikan. Salah satu poin utama yang menjadi perdebatan adalah program pengayaan uranium Iran. Amerika Serikat bersikeras agar Iran menghentikan program tersebut, sementara Iran berpendapat bahwa program pengayaan uranium adalah haknya sesuai dengan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

Meskipun terdapat perbedaan pendapat yang signifikan, Trump baru-baru ini menyatakan bahwa Amerika Serikat sedang melakukan pembicaraan yang sangat baik dengan Iran. Trump juga mengungkapkan bahwa ia telah memperingatkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, agar tidak menyerang fasilitas nuklir Iran, karena tindakan tersebut dianggap tidak tepat saat ini.

Israel sendiri telah berulang kali mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap fasilitas nuklir Iran, dan bahkan telah menargetkan pertahanan udara Iran dalam beberapa insiden sebelumnya. Trump tidak sepenuhnya mengesampingkan opsi militer, tetapi menekankan pentingnya memberikan ruang bagi upaya diplomatik untuk mencapai kesepakatan terlebih dahulu. Ia juga mengisyaratkan bahwa jika tindakan militer diperlukan, Israel, dan bukan Amerika Serikat, yang akan memimpin operasi tersebut.

Situasi ini menunjukkan betapa kompleks dan sensitifnya isu nuklir Iran. Sementara Iran terus menegaskan komitmennya untuk tidak mengembangkan senjata nuklir, negara-negara Barat tetap skeptis dan terus memantau dengan cermat program nuklir Iran. Keberhasilan negosiasi yang sedang berlangsung sangat penting untuk mencegah eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah dan memastikan keamanan global.