Krisis Transportasi Laut, Masyarakat Enggano Terpaksa Lintasi Samudera Hindia dengan Perahu Kecil
Kondisi memprihatinkan dialami ribuan masyarakat adat Enggano, Bengkulu, yang telah terisolasi selama lebih dari tiga bulan akibat terhentinya layanan transportasi laut. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Wilayah Bengkulu menyayangkan respons pemerintah provinsi yang dinilai lambat dalam menangani krisis ini.
Ketua AMAN Bengkulu, Fahmi Arisandi, mengungkapkan kekecewaannya terhadap fokus pemerintah daerah yang lebih tertuju pada persoalan pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai saat kunjungan Wakil Presiden RI. Menurutnya, meskipun masalah tersebut penting bagi kalangan pebisnis, nasib ribuan warga Enggano yang terkurung di pulau seharusnya menjadi prioritas utama. Fahmi menyoroti insiden lima warga yang nekat menyeberang dari Bengkulu ke Pulau Enggano dengan perahu kecil dan terombang-ambing hingga ke Pesisir Barat, Lampung, sebelum akhirnya ditemukan selamat. Insiden ini menjadi bukti betapa putus asanya warga Enggano untuk keluar dari isolasi.
Akibat tidak adanya kapal penumpang yang beroperasi, banyak warga Enggano terpaksa mengambil risiko besar dengan menggunakan perahu-perahu kecil untuk menyeberangi Samudera Hindia. Kondisi ini sangat berbahaya dan mengancam nyawa mereka. Fahmi menilai bahwa situasi ini mencerminkan ketidakmampuan pemerintah Bengkulu dalam mencari solusi alternatif untuk mengatasi masalah transportasi di Pulau Enggano selain hanya menunggu pengerukan alur pelabuhan.
Ketua Pengurus Harian Daerah AMAN Enggano, Mulyadi Kauno, juga menyampaikan kekecewaannya atas kelambatan respons pemerintah. Ia mengakui pentingnya pengerukan alur pelabuhan, tetapi menekankan perlunya solusi cepat untuk memulihkan akses transportasi bagi warga. Mulyadi menegaskan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah kapal yang layak dan mampu untuk menyeberangi samudera. Pihaknya bahkan sempat melarang warga menggunakan perahu kecil karena risikonya terlalu tinggi, namun kebutuhan ekonomi yang mendesak memaksa banyak orang tetap nekat melaut.
Mulyadi menambahkan bahwa masalah pendangkalan alur pelabuhan sebenarnya sudah terjadi sejak lama, tetapi isolasi yang dialami warga Enggano kali ini sudah berlangsung terlalu lama. Ia berharap pemerintah segera bertindak untuk mengatasi krisis transportasi ini dan tidak mengabaikan nasib masyarakat Enggano.