Meningkatnya Ketegangan: Menteri Israel Serukan Aksi Militer Skala Penuh di Gaza Setelah Penolakan Hamas Terhadap Proposal Gencatan Senjata

Seruan Eskalasi Konflik di Gaza Menguat

Di tengah kebuntuan dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas, seorang menteri senior Israel menyerukan peningkatan signifikan dalam operasi militer di Gaza. Pernyataan ini muncul setelah Hamas menolak proposal gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat, dengan alasan bahwa proposal tersebut tidak memenuhi tuntutan utama mereka.

Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, menyampaikan pandangannya yang tegas melalui saluran Telegramnya. Ia menyatakan bahwa penolakan Hamas terhadap proposal tersebut menghilangkan alasan untuk menahan diri. "Sudah waktunya untuk maju dengan kekuatan penuh, tanpa berkedip, untuk menghancurkan, dan membunuh Hamas sampai akhir," tulisnya, mencerminkan kekecewaan dan rasa frustrasi atas kebuntuan diplomatik tersebut.

Seruan untuk eskalasi ini terjadi di tengah upaya diplomatik yang intensif untuk mencapai kesepakatan yang akan menghentikan permusuhan dan memungkinkan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas. Gedung Putih sebelumnya mengumumkan bahwa Presiden Donald Trump dan utusan AS Steve Witkoff telah mengajukan proposal gencatan senjata yang didukung oleh Israel kepada Hamas.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menyatakan bahwa Israel telah menyetujui proposal tersebut sebelum diserahkan kepada Hamas, dan pembicaraan dengan Hamas masih berlangsung. Namun, rincian spesifik dari proposal tersebut dan poin-poin pertentangan antara kedua belah pihak tetap tidak jelas.

Seorang sumber dari Hamas mengatakan bahwa versi baru proposal tersebut dianggap sebagai "kemunduran" dari versi sebelumnya, yang mencakup komitmen Amerika mengenai negosiasi gencatan senjata permanen. Hamas juga menyatakan keprihatinannya bahwa proposal tersebut tidak cukup untuk mengakhiri pembunuhan dan kelaparan di Gaza, dan gagal memenuhi tuntutan rakyat Palestina, yang terutama adalah menghentikan perang.

Laporan menunjukkan bahwa proposal yang ditolak melibatkan gencatan senjata selama 60 hingga 70 hari, dengan pembebasan sejumlah sandera yang masih hidup dan yang telah meninggal sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina. Proposal tersebut juga mencakup pertukaran sandera tahap kedua dalam jumlah yang sama selama minggu kedua.

Situasi ini semakin meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut, menimbulkan pertanyaan tentang masa depan upaya perdamaian dan kemungkinan terjadinya konflik yang lebih luas. Dengan seruan dari tokoh-tokoh terkemuka Israel untuk tindakan militer yang lebih tegas, prospek deeskalasi dan penyelesaian damai tampak semakin jauh.

Berikut adalah poin-poin utama yang menjadi sorotan:

  • Penolakan Hamas terhadap proposal gencatan senjata yang didukung AS.
  • Seruan dari Menteri Keamanan Nasional Israel untuk aksi militer "kekuatan penuh" di Gaza.
  • Perbedaan pendapat antara Israel dan Hamas mengenai persyaratan gencatan senjata.
  • Kekhawatiran Hamas tentang kelanjutan konflik dan kebutuhan untuk mengakhiri pembunuhan dan kelaparan di Gaza.
  • Upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk mencapai kesepakatan dan membebaskan sandera.