Pertemuan Anies Baswedan dan Romahurmuziy: Bukan Sekadar Bahas Politik?
Pertemuan antara Anies Baswedan dan Romahurmuziy (Rommy), Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), baru-baru ini memicu spekulasi tentang kemungkinan tawaran posisi ketua umum partai kepada mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Sahrin Hamid, juru bicara Anies Baswedan, mengonfirmasi adanya pertemuan tersebut, namun menekankan bahwa perbincangan tidak secara spesifik membahas tawaran untuk memimpin PPP.
Sahrin menjelaskan bahwa hubungan antara Anies dan Rommy telah terjalin lama, bahkan sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Kedekatan personal ini membuat pertemuan keduanya tidak selalu berkaitan dengan isu politik. "Mas Anies dan Gus Rommy memang berteman sejak SMA, begitu pula orangtua mereka bersahabat selama di Jogja. Jadi bisa jadi pertemuannya tidak semata-mata dalam suasana dan karena momentum politik," ujarnya.
Saat ini, Anies Baswedan diketahui tengah fokus pada kegiatan sosial melalui wadah "Aksi Bersama". Sementara itu, terkait dengan dinamika internal PPP, Sahrin mengindikasikan bahwa Rommy telah memiliki kandidat potensial untuk memimpin partai tersebut.
"Kalau kita lihat pernyataan Gus Rommy terkait kongres PPP, tampak ada banyak nama yang beliau sebut dan sepertinya Gus Rommy sudah punya nama yang dijagokan, seperti juga yang sudah diduga oleh publik," imbuh Sahrin.
Sebelumnya, Rommy sempat mengungkapkan sejumlah nama tokoh eksternal yang berpotensi untuk mengisi posisi ketua umum PPP. Daftar tersebut mencakup:
- Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Dudung Abdurachman
- Menteri Sosial Saifullah Yusuf
- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman
- Mantan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto
Rommy bahkan mengaku pernah membujuk Anies untuk menjadi ketua umum PPP pada Desember 2024. Ia juga mengklaim telah berkonsultasi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait dengan nama Andi Amran Sulaiman.
"Saya berusaha sebisa mungkin agar partai ini kembali ke Senayan. Effort untuk ke situ maha berat, mengingat belum ada satu sejarah pun sejak 1998, partai yang terlempar dari Senayan, mampu kembali," kata Rommy.
"Karenanya dibutuhkan extraordinary power dan extra ordinary leader untuk memimpin PPP. Karenanya saya berusaha membujuk banyak tokoh yang saya nilai mampu, baik karena ketokohannya," lanjutnya.