Pelemahan IHSG dan Rupiah di Awal Pekan: Analisis Faktor Penurunan dan Pergerakan Pasar

Pelemahan IHSG dan Rupiah di Awal Pekan: Analisis Faktor Penurunan dan Pergerakan Pasar

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengawali pekan ini dengan performa yang kurang menggembirakan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi perdagangan Senin, 10 Maret 2025, di zona merah, mencatatkan penurunan 37,78 poin atau 0,57 persen dan berada di level 6.598,21. Penurunan ini terjadi sejak awal sesi perdagangan, dengan IHSG menyentuh titik terendah di level 6.568,12 dan gagal melampaui titik pembukaannya sepanjang hari. Kondisi ini mencerminkan sentimen pasar yang cenderung negatif di awal pekan.

Data RTI mencatat sebanyak 226 saham menguat, sementara 368 saham melemah, dan 210 saham lainnya stagnan. Total nilai transaksi mencapai Rp 9,41 triliun dengan volume 18,99 miliar saham. Beberapa saham menjadi penekan utama IHSG, termasuk Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang turun 1,31 persen ke level 3.760, Petrosea (PTRO) yang merosot 5,36 persen ke level 3.180, dan Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) yang mengalami penurunan signifikan sebesar 7,675 persen ke level 7.675. Sebaliknya, beberapa saham menjadi pengerek IHSG, seperti Trimegah Karya Pratama (UVCR) yang naik 34,62 persen ke level 70, PT Sinar Terang Mandiri (MINE) yang meningkat 25 persen ke level 270, dan Fast Food Indonesia (FAST) yang naik 20,33 persen ke level 296. Pergerakan saham-saham ini menunjukkan adanya fluktuasi yang cukup signifikan di berbagai sektor.

Di sisi lain, pasar saham Asia juga menunjukkan tren yang beragam. Indeks Shanghai Komposit mengalami penurunan 0,19 persen (6,38 poin) ke posisi 3.366,16, sementara Nikkei 225 justru mencatatkan kenaikan 0,34 persen (126,5 poin) ke posisi 36.990,00. Pergerakan yang kontradiktif ini menunjukkan adanya pengaruh faktor-faktor regional dan global yang berbeda terhadap pasar saham di berbagai kawasan.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mengalami pelemahan. Data Bloomberg menunjukkan rupiah ditutup pada level Rp 16.367 per dolar AS, melemah 0,44 persen atau 72,5 poin dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.294,5. Namun, berdasarkan kurs tengah Jisdor, rupiah justru menguat tipis ke level Rp 16.326 per dolar AS pada Senin, 10 Maret 2025, dibandingkan level Rp 16.336 per dolar AS pada Jumat, 7 Maret 2025. Perbedaan data ini menunjukkan kompleksitas dan dinamika pergerakan nilai tukar rupiah yang dipengaruhi berbagai faktor, termasuk sentimen pasar dan transaksi internasional.

Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang menyebabkan pelemahan IHSG dan rupiah di awal pekan ini. Perlu dikaji lebih dalam pengaruh faktor eksternal seperti dinamika ekonomi global, gejolak politik internasional, dan fluktuasi harga komoditas, serta faktor internal seperti kebijakan moneter, kondisi domestik, dan sentimen investor terhadap pasar modal Indonesia. Pemantauan perkembangan pasar dan analisis lebih lanjut menjadi penting untuk memahami dinamika pasar dan mengambil langkah strategis yang tepat ke depannya.