Pengembangan Hilirisasi Kemenyan: Kemenperin Fokus pada Pengembangan Minyak Atsiri

Kemenperin Dorong Pengembangan Minyak Atsiri Berbahan Baku Kemenyan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saat ini tengah memfokuskan upaya pada pengembangan minyak atsiri yang memanfaatkan ekstrak kemenyan sebagai salah satu bahan bakunya. Langkah ini menjadi bagian dari strategi yang lebih luas untuk meningkatkan nilai tambah komoditas lokal dan mendorong pertumbuhan industri agro di Indonesia.

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin, Merrijantij Punguan Pintaria, menyampaikan bahwa meskipun roadmap khusus untuk pengembangan kemenyan secara spesifik belum tersedia, Direktorat Jenderal Industri Agro Kemenperin secara aktif mengupayakan pengembangan minyak atsiri. Fokus ini sejalan dengan potensi besar kemenyan sebagai bahan baku yang bernilai ekonomi tinggi.

Sebelumnya, Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, menyatakan dukungan kementerian terhadap usulan hilirisasi kemenyan. Dukungan ini akan diberikan sepanjang ketersediaan bahan baku terjamin dan permintaan pasar, baik di dalam maupun luar negeri, menunjukkan tren yang positif. Febri menyoroti bahwa pasar untuk produk kemenyan cukup menjanjikan, terutama di negara-negara seperti India dan China.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menambahkan bahwa kemenyan memiliki nilai tambah yang signifikan, baik dari segi budaya maupun industri. Indonesia memiliki potensi besar dalam hal bahan baku kemenyan, yang juga merupakan komponen penting dalam produksi minyak atsiri. Reni juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak untuk menyusun roadmap hilirisasi kemenyan yang komprehensif.

Inisiasi Hilirisasi Kemenyan Berbasis Komunitas

Inisiatif hilirisasi kemenyan ini mendapatkan dorongan kuat dari Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut menekankan bahwa hilirisasi kemenyan dapat memperkuat ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya di wilayah Sumatera Utara. Kemenyan, sebagai komoditas yang sering terabaikan, memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Luhut menyoroti bahwa resin dari pohon Styrax benzoin, yang merupakan bahan baku kemenyan, banyak dibutuhkan dalam berbagai industri, termasuk parfum, aromaterapi, makanan, dan farmasi. Meskipun ekspor kemenyan Indonesia pada tahun 2024 mencapai 43.000 ton dengan nilai lebih dari 52 juta dollar AS, harga yang diterima petani masih relatif rendah. Oleh karena itu, hilirisasi menjadi kunci untuk meningkatkan nilai jual dan kesejahteraan petani.

DEN berencana untuk mengembangkan hilirisasi kemenyan berbasis komunitas, dengan memanfaatkan teknologi sederhana seperti distilasi uap. Hal ini memungkinkan petani untuk menghasilkan minyak kemenyan, resin terstandar, dan bioaktif siap ekspor secara mandiri. Kerja sama yang terintegrasi antara lintas kementerian, pemerintah daerah, dan pelaku usaha menjadi sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ini.

Hilirisasi kemenyan adalah contoh konkret dari upaya untuk memperkuat ekonomi lokal, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga biodiversitas hutan. Dengan pengelolaan yang tepat, kemenyan dapat menjadi model keberhasilan hilirisasi berbasis komunitas yang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.