Kisah Endang: Dari Ojek Online ke Spesialis Pengantaran Barang, Lebih Untung?
Delapan tahun berkecimpung di dunia ojek online (ojol), Endang, seorang mitra pengemudi dari salah satu perusahaan aplikasi terkemuka, memiliki preferensi unik. Sejak empat tahun terakhir, ia lebih memilih fokus pada layanan pengantaran barang dibandingkan mengangkut penumpang.
Di tengah pandangan sebagian pengemudi ojol yang menganggap pengantaran barang lebih rumit, Endang justru melihatnya sebagai peluang yang lebih menguntungkan dan praktis. "Menurut saya pribadi, justru lebih mudah narik antar barang," ujarnya saat ditemui di kawasan ITC Roxy Mas, Jakarta Pusat.
Alasan utama Endang beralih fokus adalah kontrol atas beban yang dibawa. Saat mengantar barang, ia dapat memperkirakan berat dan ukuran paket, sehingga dapat menyesuaikan strategi berkendara dan menjaga keamanan. Hal ini berbeda dengan mengangkut penumpang, di mana berat badan dan kondisi fisik penumpang tidak dapat diprediksi sebelumnya. "Kalau angkut orang, kadang maaf ya, orangnya terlalu berat. Waktu pesan kan kita enggak tahu beratnya berapa," keluhnya.
Selain itu, Endang mengakui bahwa strategi pemilihan rute juga berperan penting dalam memaksimalkan pendapatan. Ia cenderung memilih order pengantaran instan dengan jarak tempuh yang lebih jauh. Meskipun aplikasi mengenakan potongan komisi yang bisa mencapai lebih dari 20 persen, Endang meyakini bahwa dengan mengambil order jarak jauh, ia tetap bisa mendapatkan penghasilan yang lebih signifikan. "Misalnya tarif dari aplikasi Rp 100.000, yang saya terima paling Rp 70.000-an," jelasnya.
Ia juga lebih memilih mengantar satu barang dalam layanan instan dibandingkan mengambil banyak barang sekaligus dalam layanan same day untuk rute yang jauh. Strategi ini membantunya mengoptimalkan waktu dan tenaga, serta memastikan setiap pengiriman dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. "Makanya saya biasanya ambil orderan langsung yang jauh sekalian, biar kerasa lah uangnya," imbuhnya.
Meski sudah berpengalaman dalam pengantaran barang, Endang tetap menghadapi tantangan. Salah satu kendala yang sering dialaminya adalah sulit menghubungi pelanggan. Komunikasi yang efektif menjadi kunci kelancaran pengiriman, dan ketika pelanggan sulit dihubungi, proses pengiriman bisa terhambat. Namun, ia mengakui bahwa masalah terkait alamat dan titik lokasi sudah semakin membaik berkat pembaruan pada sistem aplikasi. "Kalau kesulitannya paling kalau pelanggannya susah dihubungi. Kalau soal alamat atau titiknya sih sekarang sudah membaik ya, sudah lumayan tepat petanya," pungkasnya.
Kisah Endang ini memberikan perspektif menarik tentang dinamika pekerjaan ojek online. Pilihan untuk fokus pada pengantaran barang menunjukkan bahwa pengemudi memiliki strategi dan preferensi masing-masing dalam mencari nafkah di era digital ini.