Suguhan Tari Enggang Iringi Kunjungan Kenegaraan PM Li Qiang di Istana

Upacara penyambutan kenegaraan Perdana Menteri (PM) China, Li Qiang, di Istana Negara pada hari Minggu (25/05/2025), diwarnai dengan pertunjukan seni budaya Indonesia yang memukau. Salah satu yang menjadi sorotan adalah Tari Burung Enggang, sebuah tarian tradisional yang kaya akan makna dari suku Dayak Kenyah, Kalimantan Timur.

Tari Burung Enggang, yang juga dikenal sebagai Tari Kancet Lasan, bukan sekadar tontonan hiburan. Ia adalah manifestasi mendalam dari nilai-nilai budaya dan kepercayaan masyarakat Dayak Kenyah. Tarian ini sarat akan sejarah, simbolisme, dan keindahan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dahulu kala, Tari Burung Enggang dipentaskan sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan perang yang kembali dari medan pertempuran. Kini, fungsinya telah meluas, menjadi bagian integral dari acara-acara resmi, penyambutan tamu penting, upacara adat, dan festival budaya.

Makna Mendalam di Balik Gerakan

Masyarakat Dayak Kenyah memandang burung enggang sebagai makhluk yang istimewa. Mereka meyakini bahwa nenek moyang mereka turun dari langit dalam wujud burung enggang. Oleh karena itu, burung ini dianggap suci dan menjadi simbol penting dalam kehidupan spiritual dan budaya mereka. Tari Burung Enggang menjadi representasi penghormatan terhadap leluhur dan perjalanan hidup masyarakat Dayak yang berpindah-pindah, terutama untuk menghindari konflik antar suku.

Setiap gerakan dalam tarian ini mengandung makna tersendiri. Burung enggang dalam tarian melambangkan perjalanan dan keluhuran leluhur. Pola hidup nomaden masyarakat Dayak di masa lalu tercermin dalam gerakan-gerakan tarian yang menggambarkan burung enggang sedang terbang dan berpindah tempat.

Gerakan Khas Tari Burung Enggang

Tari Burung Enggang umumnya dibawakan oleh penari perempuan yang anggun, mewakili sosok burung enggang. Gerakan tariannya halus dan gemulai, dengan pola lantai melengkung yang meniru gerakan terbang burung. Secara garis besar, terdapat tiga gerakan utama dalam tarian ini:

  • Nganjat: Gerakan dasar yang menyerupai burung enggang membuka dan menutup sayapnya. Gerakan ini melambangkan kelembutan dan keanggunan seorang perempuan Dayak.
  • Ngasai: Gerakan yang menirukan burung enggang yang sedang terbang di udara, melayang-layang dengan bebas.
  • Purik Barik: Gerakan yang menggambarkan perpindahan burung dari satu tempat ke tempat lain, mencerminkan mobilitas dan adaptasi.

Balutan Kostum dan Properti yang Memukau

Para penari Tari Burung Enggang mengenakan busana adat Dayak yang indah, lengkap dengan ikat kepala berhiaskan bulu burung enggang. Salah satu ciri khas yang membedakan tarian ini adalah penggunaan bulu enggang yang diikatkan di jari tangan, menyerupai cincin, sehingga tetap terpasang saat diayunkan mengikuti irama tarian. Penampilan penari juga dipercantik dengan anting-anting besar, kalung manik-manik, atau taring macan, yang menambah kesan magis dan sakral pada tarian.

Iringan musik tradisional Dayak, yang dimainkan dengan alat musik seperti gendang, sampe (alat musik petik khas Dayak), dan gong, semakin menghidupkan suasana dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan melalui tarian ini. Tari Burung Enggang bukan hanya sekadar pertunjukan, tetapi juga sebuah jendela yang membuka wawasan kita tentang kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat Dayak Kenyah.