Waspada Tren 'Mouth Taping': Studi Ungkap Risiko Kesehatan di Balik Penutupan Mulut Saat Tidur

Risiko 'Mouth Taping': Studi Mengungkap Bahaya Penutupan Mulut Saat Tidur

Popularitas media sosial seringkali memicu tren yang dengan cepat menyebar dan diikuti banyak orang di seluruh dunia. Salah satu tren terbaru yang menjadi perhatian adalah 'mouth taping,' sebuah praktik menutup mulut dengan selotip khusus saat tidur. Tujuannya adalah untuk memaksa pernapasan melalui hidung, yang diklaim memiliki berbagai manfaat kesehatan. Meskipun dipopulerkan oleh tokoh publik, studi ilmiah terbaru justru mengungkap potensi bahaya dari praktik ini.

Asal Usul dan Klaim Manfaat 'Mouth Taping'

Teknik 'mouth taping' sebenarnya bukan hal baru. Diketahui sudah ada sejak tahun 1940-an, dipelopori oleh ahli fisiologi Soviet, Konstantin Buteyko. Awalnya, teknik ini digunakan sebagai terapi bagi penderita asma dan gangguan pernapasan lainnya. Klaim manfaatnya pun beragam, mulai dari meningkatkan kualitas tidur, mengurangi dengkuran, mengatasi bau mulut, hingga meredakan alergi.

Studi Ungkap Potensi Bahaya

Namun, studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS One, menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan 'mouth taping'. Para peneliti melakukan tinjauan sistematis terhadap berbagai studi yang meneliti efek penutupan mulut saat tidur. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil studi yang menemukan efek positif pada orang dengan gangguan tidur. Sebagian besar studi lainnya justru menyimpulkan bahwa 'mouth taping' tidak memberikan manfaat signifikan atau bahkan berdampak negatif pada kesehatan tidur.

Salah satu risiko yang menjadi perhatian adalah potensi memperburuk kondisi medis terkait tidur, seperti sleep apnea. Kondisi ini menyebabkan pernapasan seseorang berhenti dan mulai kembali berulang kali saat tidur. Penutupan mulut dapat memberikan tekanan berlebihan pada sistem pernapasan dan menghalangi saluran udara, sehingga meningkatkan risiko terjadinya sleep apnea.

Pentingnya Informasi Berdasarkan Bukti Ilmiah

Para peneliti menekankan pentingnya berhati-hati terhadap informasi yang beredar di media sosial, terutama terkait dengan kesehatan. Informasi kesehatan sebaiknya didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat, bukan hanya klaim tanpa dasar. Mereka berharap masyarakat lebih bijak dalam menyikapi tren 'mouth taping' dan menyadari potensi bahayanya.

  • Sleep Apnea: Kondisi gangguan tidur serius di mana pernapasan berhenti dan berulang kali mulai selama tidur.
  • Mouth Taping: Tindakan menutup mulut dengan selotip saat tidur dengan tujuan bernapas melalui hidung.
  • PLOS One: Jurnal ilmiah yang menerbitkan penelitian di berbagai disiplin ilmu, termasuk kedokteran dan kesehatan.

Dengan demikian, sebelum mengikuti tren 'mouth taping', sangat penting untuk mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul dan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing.