Lonjakan Wisatawan Picu Kekhawatiran Overtourism di Koh Samui Usai Popularitas 'The White Lotus'

Pulau Koh Samui, permata tersembunyi di Thailand, kini menghadapi tantangan serius akibat lonjakan drastis kunjungan wisatawan. Popularitas serial televisi 'The White Lotus' yang mengambil lokasi syuting di sana, telah memicu gelombang kedatangan turis yang signifikan, menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya overtourism dan dampak negatifnya terhadap lingkungan serta infrastruktur pulau.

Menurut data statistik pemerintah setempat, Koh Samui mengalami peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 28% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan ini menandai perubahan signifikan bagi pulau yang dulunya merupakan desa nelayan yang tenang, kini bertransformasi menjadi destinasi wisata mewah yang diminati. Peningkatan pencarian daring (online) mencapai 88% dan reservasi hotel melonjak hingga 44%, menunjukkan minat yang besar dari para wisatawan untuk mengunjungi Koh Samui. Peningkatan ini memberikan dampak positif bagi pendapatan masyarakat setempat. Namun demikian, dengan peningkatan yang signifikan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi prioritas utama.

Namun, popularitas yang meroket ini membawa konsekuensi yang perlu diwaspadai. Peningkatan jumlah wisatawan memicu kekhawatiran akan beberapa hal, diantaranya:

  • Polusi: Semakin banyak wisatawan berarti semakin banyak sampah yang dihasilkan, berpotensi mencemari lingkungan pulau yang indah.
  • Pengelolaan Limbah: Sistem pengelolaan limbah yang ada mungkin tidak mampu menampung volume sampah yang meningkat pesat, menyebabkan masalah kebersihan dan kesehatan.
  • Sumber Daya Air: Kebutuhan air bersih meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan, mengancam ketersediaan air bagi penduduk lokal dan kelestarian lingkungan.

Dr. Kannapa Pongponrat Chieochan, seorang akademisi dari Universitas Thammasat yang berasal dari Koh Samui, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mengatasi tantangan ini. Ia menyatakan bahwa pertumbuhan pariwisata yang pesat tanpa perencanaan infrastruktur dan pengelolaan lingkungan yang memadai dapat menyebabkan masalah serius terkait pengelolaan limbah dan sumber daya air.

Pemerintah telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah ini, termasuk rencana pembangunan terminal pelayaran pada tahun 2029 dan perluasan bandara untuk mengakomodasi lebih banyak wisatawan. Selain itu, pemerintah juga berencana membangun jaringan pipa air kedua untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Beberapa kebijakan dan kampanye juga telah diterapkan, seperti Undang-Undang Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Pesisir tahun 2015 dan kampanye "Selamatkan Air, Selamatkan Samui" tahun 2014.

Namun, para ahli berpendapat bahwa penegakan hukum terkait lingkungan masih lemah dan banyak upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat lokal kurang mendapat dukungan dari pemerintah. Peta pengelolaan limbah plastik yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan plastik dan meningkatkan daur ulang juga dinilai belum efektif.

Untuk menjaga kelestarian Koh Samui sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan, diperlukan upaya yang lebih serius dan terkoordinasi dari semua pihak. Pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri pariwisata harus bekerja sama untuk menerapkan praktik pariwisata yang bertanggung jawab, mengelola sumber daya dengan bijak, dan melindungi lingkungan pulau yang unik dan berharga.