Pencari Kerja Keluhkan Diskriminasi Usia di Bursa Kerja Kemnaker

Hambatan Usia dalam Perburuan Kerja: Pengalaman di Job Fair Kemnaker

Bursa kerja atau job fair yang diselenggarakan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) pada tanggal 22-23 Mei lalu, menawarkan harapan bagi ribuan pencari kerja dengan ketersediaan sekitar 53 ribu lowongan. Namun, antusiasme para pelamar tidak serta merta berbuah manis. Banyak di antara mereka yang merasa terhambat oleh faktor usia, sebuah isu klasik yang masih menghantui dunia kerja.

Martin, seorang fresh graduate berusia 23 tahun, mengungkapkan kekecewaannya setelah mengikuti lima job fair dalam sebulan terakhir, termasuk yang diadakan oleh Kemnaker. Ia mengaku telah mengirimkan lebih dari 50 lamaran hanya di job fair, dan ratusan lamaran secara keseluruhan, namun belum membuahkan hasil. "Kalau lamar sudah banyak, ratusan mungkin ada. Kalau Job Fair sebulan ini saya ikut terus sih, mau yang di mana juga. Sama ini jadi lima lah," ujarnya, menggambarkan betapa gigihnya usahanya mencari pekerjaan.

Kekecewaan serupa juga dirasakan oleh Wulan, seorang pelamar berusia 30 tahun. Ia menuturkan bahwa mayoritas perusahaan lebih memprioritaskan kandidat berusia di bawah 25 tahun atau lulusan baru. "Usia 30 saja susah banget, susah banget cari lowongan kerja," keluhnya. Wulan awalnya berharap menemukan peluang baru di job fair Kemnaker karena perusahaannya akan pindah kantor ke lokasi yang lebih jauh. Meskipun tidak ada informasi batasan usia yang tertera di setiap booth, ia mendapati fakta bahwa sebagian besar lowongan memiliki batasan usia tertentu.

Ari, seorang pencari kerja berusia 40 tahun asal Bekasi, juga mengalami kendala serupa. Setelah kontrak kerjanya berakhir, ia memanfaatkan job fair Kemnaker untuk mencari pekerjaan baru. Meskipun bersemangat mengikuti walk-in interview, Ari merasa kesulitan menemukan posisi yang sesuai dengan pengalamannya karena adanya batasan usia. "Itu yang usia 40 tahun berarti nggak bisa untuk bekerja di mana-mana dong. Kalau misalkan nggak ada batasan usia kan kita bisa menghasilkan kerjaan kan," ungkapnya, menyayangkan adanya diskriminasi usia dalam proses rekrutmen.

Senada dengan Ari, Riani, seorang pencari kerja berusia 45 tahun dari Jakarta Barat, juga merasakan dampak negatif dari batasan usia. Ia yang memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun di berbagai bidang, seperti pelayanan, pergudangan, dan pemasaran, kesulitan mendapatkan pekerjaan formal yang sesuai dengan keahliannya. "Saya sebenarnya ingin di bagian administrasi lagi, kalau nggak data entry. Cuma ya karena mengingat umur saya sudah segitu, ya apa saja deh," ujarnya, mencerminkan betapa terbatasnya pilihan yang tersedia baginya.

Kisah-kisah para pencari kerja ini menggambarkan realitas pahit di mana usia menjadi penghalang utama dalam meraih kesempatan kerja. Meskipun job fair menawarkan ribuan lowongan, diskriminasi usia tetap menjadi isu krusial yang perlu diatasi agar semua pencari kerja memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam dunia kerja.

  • Fresh Graduate
  • Walk in Interview
  • Data Entry