Strategi Modular dan Hybrid: Solusi Efektif Peningkatan Akses Energi di Kawasan Timur Indonesia
Pemerataan akses energi di wilayah timur Indonesia menjadi fokus utama dengan penerapan strategi infrastruktur yang fleksibel dan adaptif terhadap kondisi geografis setempat. Pendekatan modular dan hybrid menjadi solusi dalam mengatasi tantangan konektivitas yang selama ini menghambat pemerataan jaringan energi nasional di kawasan tersebut.
Kusdi Widodo, Direktur Komersial Pertamina Gas, dalam diskusi IPA Convex 2025 di ICE BSD City, Tangerang, menekankan bahwa investasi tidak hanya berfokus pada pasokan energi, tetapi juga pada konektivitas yang memadai. Ia menjelaskan bahwa tantangan utama di Indonesia Timur adalah minimnya infrastruktur midstream yang dapat menghubungkan sumber gas dengan potensi pasar. Dalam konteks ini, pendekatan modular dan hybrid memainkan peran krusial.
Sesi panel bertema “Fuelling the Future: Strategies for Achieving Long-term Plan Production from East Indonesia through Sustainable Exploration” menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari sektor hulu migas, regulator, dan mitra internasional untuk membahas strategi jangka panjang pengembangan energi di wilayah timur.
Untuk wilayah timur yang memiliki keterbatasan infrastruktur, pendekatan modular diimplementasikan melalui berbagai cara, termasuk:
- Penggunaan isotank
- Unit penyimpanan dan regasifikasi terapung
- Pembangunan pipa pendek untuk menghubungkan sumber daya lokal ke pasar
Salah satu proyek yang telah berjalan adalah gasifikasi di Sorong, Papua Barat Daya. Proyek ini bertujuan untuk mendukung pasokan gas ke Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) berkapasitas 50 MW. Proyek ini diamanatkan oleh Kementerian ESDM berdasarkan KEPMEN No. 13.K/2020.
Kusdi menambahkan bahwa proyek ini bukan hanya sekadar proyek kelistrikan, tetapi juga menjadi jangkar ekonomi bagi kawasan tersebut. Ketersediaan listrik akan mendorong pertumbuhan permintaan dari sektor logistik, industri, dan rumah tangga.
Fasilitas lain yang sedang dikembangkan adalah stasiun pengisian LNG di Bontang dengan kapasitas 14 MMSCFD, yang dilengkapi dengan dermaga pengiriman isotank. Virtual pipeline ini menjadi solusi alternatif untuk mendistribusikan gas ke pulau-pulau kecil di timur Indonesia secara efisien.
Selain itu, proyek-proyek prospektif lainnya juga sedang dipersiapkan di Sulawesi, Maluku, dan Papua Selatan. Pendekatan skala kecil dan adaptif dianggap sebagai strategi yang paling realistis dalam memperluas akses energi di kawasan tersebut.
Kusdi menjelaskan bahwa infrastruktur midstream bukan merupakan hambatan, melainkan enabler. Pendekatan yang diterapkan dimulai dari skala kecil, praktis, dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Selain aspek teknis, Kusdi juga menekankan pentingnya keberterimaan sosial. Komunikasi yang baik dengan masyarakat lokal dan pelibatan komunitas dalam setiap proyek menjadi bagian integral dari tanggung jawab sosial perusahaan.
Upaya untuk membangun ekosistem energi yang inklusif di wilayah timur tidak hanya tentang suplai energi, tetapi juga tentang membuka peluang pertumbuhan ekonomi baru. Energi, dalam hal ini, menjadi katalisator untuk pembangunan jangka panjang.