Tragedi Jumat Kelabu Banjarmasin: Kesaksian Korban dan Luka yang Tak Terlupakan

23 Mei 1997, sebuah tanggal yang terpatri kelam dalam ingatan warga Banjarmasin. Tragedi yang dikenal sebagai Jumat Kelabu itu, 28 tahun silam, masih menyisakan trauma mendalam bagi para saksi mata, salah satunya Faisal, atau akrab disapa Ichal.

Ichal, kala itu seorang pemuda berusia 22 tahun, berniat mengabadikan momen kampanye akbar sebuah partai politik di Taman Kamboja. Ia tak menyangka, niatnya merekam peristiwa politik itu justru membawanya menjadi saksi bisu sebuah kerusuhan besar yang mengubah wajah kota Banjarmasin.

"Semuanya berjalan normal, tidak ada firasat buruk sama sekali," kenang Ichal, yang kini berusia 50 tahun. Namun, suasana damai itu mendadak berubah drastis usai ibadah salat Jumat. Sebuah kerusuhan meletus, mengubah Taman Kamboja menjadi lautan amarah.

Gedung-gedung dibakar, jalanan ditutup, dan massa yang beringas berkeliaran. Ichal, yang berusaha mengabadikan momen tersebut dengan kamera poket Fuji MDL-5 miliknya, menjadi salah satu korban amukan massa. Ia dihentikan di Jalan MT Haryono, atau yang dikenal sebagai Bundaran Ikan Kelabau, dan dipukuli dengan rotan.

"Kejadiannya sangat cepat. Saya dipukuli hingga punggung saya terluka dan harus dirawat di rumah sakit," ungkap Ichal.

Ichal tidak sendiri. Misnawati, warga Banjarmasin lainnya, juga merasakan dampak dari tragedi Jumat Kelabu. Ia yang hendak menuju Taman Kamboja untuk melihat kampanye akbar, terpaksa mengurungkan niatnya setelah mendengar kabar tentang kerusuhan dan aksi sweeping terhadap orang-orang yang mengenakan pakaian berwarna kuning.

"Saat itu saya mendengar kabar bahwa siapa saja yang mengenakan pakaian kuning disuruh melepasnya. Saya tidak jadi turun dan langsung pulang," cerita Misnawati.

Di tengah kepanikan, Misnawati melepaskan pakaian kuningnya dan membuangnya demi menghindari amukan massa. Ia bersyukur mengenakan pakaian rangkap, sehingga tidak harus telanjang di jalanan.

Misnawati juga menjadi saksi penjarahan di Mall Mitra Plaza. Ia melihat bagaimana massa menjarah barang-barang elektronik dan pakaian sebelum akhirnya membakar mal tersebut. Banyak orang yang terjebak di dalam mal dan menjadi korban jiwa.

Jumat Kelabu 1997 bukan hanya sekadar kerusuhan. Tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi warga Banjarmasin dan menjadi pengingat akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Dampak Tragedi Jumat Kelabu:

  • Kerugian materi yang besar akibat pembakaran dan penjarahan.
  • Trauma psikologis bagi para korban dan saksi mata.
  • Luka sosial yang mendalam akibat konflik dan kekerasan.
  • Pemberlakuan jam malam dan penjagaan ketat oleh aparat keamanan.

Kenangan akan Jumat Kelabu akan terus hidup dalam ingatan warga Banjarmasin, menjadi pelajaran berharga untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.